OpenAI tengah mengembangkan model kecerdasan buatan baru yang fokus pada pembuatan musik dan audio berbasis input teks maupun audio. Inisiatif ini diharapkan mampu bersaing dengan platform-platform yang sudah ada, seperti Suno dan Udio, yang telah memperoleh popularitas di kalangan kreator konten, khususnya di platform seperti YouTube.
Model baru ini akan memungkinkan pengguna untuk menciptakan musik latar, jingle, dan soundtrack dengan lebih mudah, tanpa perlu akses ke studio profesional. Untuk mendukung pengembangan ini, OpenAI berkolaborasi dengan mahasiswa dari Juilliard School, sebuah institusi terkenal di bidang musik di Amerika Serikat. Kolaborasi ini bertujuan untuk mempersiapkan dan memberi anotasi pada partitur musik, yang sangat penting untuk pelatihan model AI agar dapat menghasilkan karya yang berkualitas.
Meskipun detail peluncuran resminya belum diumumkan, dunia industri musik tetap memantau dengan cermat perkembangan ini, terutama terkait isu hak cipta. Suno dan Udio, dua pesaing utama OpenAI, saat ini sedang menghadapi tuntutan hukum berkaitan dengan masalah hak cipta yang muncul dari penggunaan musik dan audio yang dihasilkan AI. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan di industri musik tidak hanya terletak pada pengembangan teknologi, tetapi juga pada kepatuhan terhadap regulasi yang ada.
Suno, salah satu platform yang sudah lebih dahulu hadir, memungkinkan pengguna untuk membuat lagu hanya berdasarkan perintah teks. Fitur ini telah menarik perhatian berbagai kreator yang mencari cara inovatif untuk mendukung proyek mereka. Demikian juga, Udio menawarkan layanan serupa, memungkinkan audio dihasilkan dengan cepat dan efisien.
Dengan langkah memasuki pasar pembuatan musik berbasis AI, OpenAI ingin menawarkan alternatif yang relevan bagi pengguna. Potensi untuk menghasilkan musik berkualitas tinggi dengan mudah bisa menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang musik. Model yang dikembangkan diharapkan dapat menciptakan pengalaman yang lebih interaktif dan mendukung kreativitas dengan lebih baik dibandingkan sistem yang ada saat ini.
Salah satu kekhawatiran yang muncul di sekitar pengembangan model ini adalah apakah OpenAI akan menggunakan konten musik yang sudah ada sebagai bagian dari proses pelatihan. Hal ini perlu diperhatikan, mengingat argumen hak cipta yang tengah dibahas dalam industri. Tidak ada informasi yang jelas mengenai konten pihak ketiga yang digunakan, sehingga ini menjadi aspek yang harus ditangani secara hati-hati oleh OpenAI untuk menghindari komplikasi hukum lebih lanjut.
Kelihatannya, industri musik dan teknologi sedang berada di persimpangan jalan. Pembuatan musik berbasis AI menawarkan kemudahan yang belum pernah ada sebelumnya, tetapi juga membawa tantangan baru yang perlu diatasi. Dalam konteks ini, OpenAI bertujuan untuk menjadi pemain utama, menawarkan alat yang tidak hanya inovatif tetapi juga sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat yang terus berkembang.
Dengan peluncuran model musik AI ini, OpenAI menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kemungkinan pembuatan konten kreatif di platform digital. Seiring dengan perkembangan ini, pengguna diharapkan mendapatkan lebih banyak opsi dalam menciptakan materi audio yang menarik dan unik. Sementara itu, dunia masih harus menunggu pengumuman resmi mengenai kapan model ini akan diluncurkan serta bagaimana sistem ini akan beroperasi di tengah isu-isu yang ada.
Melihat tren yang terus berkembang, potensi untuk kemitraan baru dan kolaborasi di industri kreatif bisa semakin terbuka. Keterlibatan institusi pendidikan seperti Juilliard juga menunjukkan bahwa dunia seni dan teknologi bisa saling mendukung, menciptakan ruang yang lebih luas untuk inovasi dalam pembuatan musik. Kini semua mata tertuju pada langkah-langkah berikutnya yang diambil OpenAI dalam merespons tantangan sekaligus kesempatan yang ada di pasar ini.
Source: tekno.sindonews.com
