Tren Ancaman Siber 2025: Dari Ransomware hingga Deepfake yang Menghantui

Dalam era digital yang semakin maju, ancaman siber menjadi perhatian serius bagi masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) XIV – 2025, Putra Aji Adhari, seorang white-hat hacker muda, memaparkan lima ancaman siber utama yang diperkirakan akan mendominasi pada tahun 2025. Ancaman tersebut meliputi ransomware-as-a-service, infostealer malware, deepfake, phishing, dan data poisoning.

Sejak terjadi percepatan digitalisasi pada 2020, akses masyarakat ke dunia internet meningkat tanpa disertai pengetahuan dasar keamanan siber yang memadai. Hal ini membuat risiko kejahatan siber semakin tinggi. Putra menjelaskan bahwa keamanan siber kini bukan lagi tanggung jawab tim IT semata, tetapi harus menjadi bagian dari strategi bisnis dan inovasi setiap organisasi. "Keamanan bukan tujuan akhir, melainkan proses yang harus terus berkembang," tuturnya.

Salah satu ancaman yang paling mencolok adalah ransomware-as-a-service. Model bisnis ini memungkinkan seseorang yang tidak memiliki keahlian hacking untuk berlangganan layanan ini dengan biaya tertentu. Setelah berhasil mengambil data dari korban, tebusan yang dibayarkan akan dibagi antara pengguna dan pengembang. “Ini skema bisnis kriminal yang nyata,” jelas Putra.

Infostealer Malware dan Data Sensitif

Kedua, infostealer malware yang dapat mencuri data sensitif, seperti username dan password, semakin marak. Putra memperingatkan, meskipun password kuat digunakan, malware ini tetap bisa menangkap kredensial dalam bentuk plain text. "Rendahnya literasi keamanan digital menjadi faktor utama banyaknya kasus pencurian data," tandasnya.

Bahaya Deepfake

Ancaman ketiga adalah deepfake, yang sering disalahgunakan untuk manipulasi citra publik dan penyebaran disinformasi. “Banyak orang yang terjebak dalam video palsu, sehingga mampu memicu keresahan sosial,” ungkap Putra. Fenomena ini menunjukkan pentingnya verifikasi informasi sebelum mempercayainya.

Phishing dan Data Poisoning

Phishing dan data poisoning menjadi ancaman lanjutan yang tidak kalah serius. Phishing dapat mengambil alih akun pengguna dengan cara menipu mereka agar memberikan informasi login, sedangkan data poisoning merujuk pada manipulasi data yang dapat mengakibatkan informasi yang salah, membahayakan keamanan sistem.

Paradigma Zero Trust

Putra juga menjelaskan bahwa paradigma keamanan siber telah bergeser menuju prinsip zero trust. Artinya, setiap pengguna, perangkat, dan aplikasi harus terus diverifikasi. "Tidak ada sistem yang benar-benar aman," tegasnya. Meski perusahaan besar seperti Meta dan Google memiliki sistem keamanan andal, celah tetap saja ada.

Kebocoran Data dan Kedaulatan Digital

Di Indonesia, kebocoran data besar-besaran yang terjadi sejak 2022 menciptakan ekosistem bisnis baru di mana informasi pribadi dijual untuk berbagai tujuan. Putra menegaskan pentingnya tidak sepenuhnya bergantung pada AI, karena model AI dapat dimanipulasi dan menyesatkan pengguna.

Untuk meminimalisir risiko, Putra merekomendasikan beberapa langkah mitigasi, seperti selalu melakukan verifikasi sebelum mengunduh file, menggunakan autentikasi dua faktor, dan memisahkan nomor telepon untuk keperluan keuangan dan media sosial.

Edukasi dan Kebiasaan Digital

Di sisi lain, Putra menekankan pentingnya “cyber hygiene.” Mengadakan kebiasaan baik dalam berselancar di dunia maya, seperti tidak sembarangan mengklik tautan dan tidak membagikan informasi pribadi, harus diterapkan oleh setiap individu. “Kesadaran individu adalah kunci utama dalam keamanan siber,” ujarnya.

Masa Depan dan Harapan

Putra berkeyakinan bahwa masa depan keamanan digital Indonesia akan tergantung pada generasi muda. Dengan peningkatan pendidikan formal di bidang cybersecurity, ia optimis Indonesia akan memiliki lebih banyak ahli di bidang ini dalam 5-10 tahun ke depan. “Kedaulatan digital harus dimulai dari literasi dan pemahaman tanggung jawab sebagai pengguna teknologi,” tutupnya.

Dengan meningkatnya kompleksitas ancaman siber, edukasi serta penerapan langkah-langkah keamanan yang efektif menjadi kunci untuk menjaga keamanan di dunia digital.

Source: mediaindonesia.com

Exit mobile version