Niceaunties: Karakter Bibi AI Viral Cermin Keresahan Stigma Sosial Asia Tenggara

Di balik fenomena media sosial yang tengah ramai dibicarakan, akun @niceaunties berhasil mencuri perhatian pengguna dengan karakter Bibi yang lucu dan menghibur. Inovasi ini merupakan hasil dari upaya seorang seniman perempuan asal Singapura yang memanfaatkan teknologi Generative Artificial Intelligence (Gen AI) untuk melawan stigma negatif terhadap sosok wanita paruh baya di Asia Tenggara.

Akun Niceaunties telah meraih jutaan penonton dengan video-video yang menghadirkan karakter Bibi. Sang seniman, yang lebih akrab disapa Niceaunties, menjelaskan bahwa karakter ini lahir dari keresahan mendalam terhadap pandangan masyarakat yang seringkali memandang negatif orang-orang berusia tua, khususnya Bibi. Banyak orang tua, terutama Bibi, sering diterpa stereotip sebagai sosok yang mengganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang dianggap tidak pantas, seperti “Kapan menikah?” atau “Kenapa masih jomblo?”

Dalam sebuah kesempatan di Ideafest 2026, Niceaunties menyatakan, “Bibi di Asia Tenggara sering dikenang sebagai sosok kurang baik yang tidak memahami norma sosial. Saya ingin menggambarkan mereka dengan cara yang lebih positif.” Melalui karyanya, ia berusaha untuk memperbaiki pandangan tersebut, menampilkan Bibi yang baik hati dan lucu dalam setiap video.

Mengubah Persepsi Sosial

Niceaunties berfokus pada usaha mengubah stigma sosial terkait Bibi yang sering dianggap sebagai makhluk menyebalkan. Ia ingin audiens melihat bahwa sosok Bibi juga bisa menjadi sumber keceriaan dan inspirasi. “Saya ingin bertanya pada diri sendiri, apa artinya menjadi tua, dan bagaimana karakter Bibi ideal yang ingin saya tonjolkan,” ungkapnya.

Upaya ini membawa nuansa baru dalam penggambaran karakter Bibi, menjadikannya lebih ceria, menghibur, dan menyenangkan. Video-videonya yang viral bukan hanya mampu menciptakan tawa tetapi juga membuka diskusi tentang pandangan yang sering merugikan sosok-sosok ini.

Sumber Inspirasi dari Kehidupan Nyata

Menariknya, karakter-karakter Bibi dalam dunia Niceaunties terinspirasi oleh 11 bibinya yang nyata. Pengalaman hidupnya dengan mereka memberikan pemahaman mendalam tentang kepribadian dan sifat yang dapat dieksplorasi. “Saya menciptakan auntieverse untuk mengeksplorasi sisi menyenangkan Bibi dari berbagai aspek kehidupan mereka,” jelasnya. Ini menunjukkan bagaimana seni dan teknologi dapat bersinergi untuk menyampaikan pesan positif.

Melalui dunia yang diciptakannya, Niceaunties berharap dapat memberikan pandangan yang berbeda tentang Bibi di masa depan. Dengan memanfaatkan Gen AI, ia mampu menciptakan karakter-karakter yang unik, sekaligus mengangkat cerita-cerita sosial yang relevan.

Niceaunties telah menjadi berkat bagi banyak orang, terutama mereka yang merasa tertekan oleh stereotip. Konten yang dihadirkan, meskipun berbasis teknologi, menyentuh sisi kemanusiaan yang dalam. Masyarakat menjadi lebih terbuka untuk melihat Bibi bukan hanya sebagai sumber lelucon, tetapi sebagai individu dengan kisah yang dapat dihubungkan.

Menjadi Suara bagi Generasi Muda

Di tengah perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang pesat, Niceaunties telah hadir sebagai pengingat bagi generasi muda tentang pentingnya menghargai semua orang, tanpa memandang usia. Dengan pendekatan yang kreatif dan menyenangkan, karakter Bibi ini berpotensi menginspirasi lebih banyak orang untuk mengubah cara pandang terhadap orang-orang yang sering kali terpinggirkan.

Fenomena Niceaunties menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan platform digital dan teknologi canggih, kita bisa menciptakan perubahan positif dalam pandangan masyarakat. Upaya ini tidak hanya meningkatkan rasa empati, tetapi juga secara aktif mengubah narasi yang telah ada selama ini.

Melalui karakter Bibi yang menghibur, Niceaunties menunjukkan bagaimana seni dan teknologi bisa bersinergi untuk mempromosikan toleransi dan pemahaman di antara generasi yang berbeda. Seiring waktu, konten yang dihasilkan dapat membawa dampak yang lebih luas, menginspirasi perubahan sikap di masyarakat terhadap figur-figur yang sering kali dianggap remeh.

Source: mediaindonesia.com

Exit mobile version