Dalam era Kecerdasan Buatan (AI), muncul berbagai pandangan di masyarakat. Banyak yang khawatir pekerjaan mereka akan tergantikan oleh teknologi ini. Namun, di sisi lain, AI juga menawarkan peluang baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Diskusi yang berlangsung di AiDEA Weeks 2025 menekankan hal ini secara jelas.
Salah satu pembicara, Pandu Truhandito, menekankan pentingnya pola pikir yang benar dalam menggunakan AI. Ia menyebut AI sebagai situasi "treat or treat". Pengguna perlu berpikir kritis untuk memastikan mereka bisa berkolaborasi dengan AI secara efektif. Pandu menjelaskan bahwa perusahaan kini mencari individu yang mampu memecahkan masalah, bukan hanya menggunakan AI tanpa pemahaman yang mendalam.
Kolaborasi dengan AI
William Jakfar, dari BelajarGPT, juga menggarisbawahi pentingnya melihat AI sebagai mitra. Ia menyarankan agar orang tidak hanya mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas. Memahami bagaimana AI bekerja dan mampu menyusun pemikiran secara sistematis adalah kunci untuk menghadapi tantangan di era ini.
Andin Rahmana menyoroti bahwa meskipun adopsi AI masih rendah di banyak industri Indonesia, peluangnya tetap besar. Identifikasi masalah yang ada adalah langkah awal yang krusial. Setelah itu, AI bisa digunakan untuk mempercepat penyelesaiannya. Menurut Andin, para profesional perlu memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi kerja mereka.
Peluang Karir di Era AI
Di tengah kekhawatiran terkait penggantian pekerjaan, diskusi ini menunjukkan bahwa banyak peran pekerjaan yang ada saat ini tetap relevan. Namun, mereka harus "ditingkatkan" dengan keterampilan baru yang berhubungan dengan AI. Menurut Andin, banyak industri yang membutuhkan individu yang bisa mengoptimalkan penggunaan AI.
Pendekatan "skill stacking" yang diusulkan William dapat menjadi solusi. Ini memberi peluang bagi individu untuk menggabungkan beberapa keterampilan. Misalnya, seorang digital marketer bisa menambah pengetahuan dalam videografi atau bisnis. Pendekatan ini menjadikan mereka lebih menonjol di pasar kerja.
Mengatasi Ketakutan Terhadap AI
Pandu Truhandito menjelaskan tentang tantangan yang dihadapi freelancer dan UKM. Banyak dari mereka kekurangan pemahaman tentang bisnis. Menurutnya, mereka perlu memanfaatkan AI untuk menemukan ide-ide baru yang bisa meningkatkan pendapatan. Misalnya, AI dapat digunakan untuk memberikan ide-ide kreatif yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Artinya, di tengah kecemasan akan penggantian pekerjaan, individu harus berfokus pada cara menggunakan AI untuk menciptakan lebih banyak nilai. Budaya kolaborasi dengan teknologi harus dibangun. Ini akan menghasilkan hasil yang lebih baik dan memperkuat relevansi manusia di era yang semakin didominasi oleh AI.
Dengan pemahaman dan kolaborasi yang tepat, AI tidak akan menggantikan manusia. Sebaliknya, ia akan membuka cakrawala baru. Pelatihan keterampilan yang sesuai, pemikiran kritis, dan kemampuan untuk beradaptasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini. Dunia kerja yang baru akan memerlukan pendekatan baru, dan mereka yang siap untuk beradaptasi akan menemukan banyak peluang.
Baca selengkapnya di: www.medcom.id