Pemegang saham Tesla telah menyetujui paket gaji untuk CEO Elon Musk yang hampir mencapai Rp 16.600 triliun atau sekitar US$ 1 triliun. Persetujuan ini diberikan dalam Rapat Pemegang Saham Tahunan yang digelar di Austin, Texas, meskipun dua penasihat proksi besar, Institutional Shareholder Services (ISS) dan Glass Lewis, menyarankan penolakan atas paket gaji tersebut.
Paket kompensasi ini terdiri dari 12 tranche saham yang akan diberikan selama dekade mendatang. Pembayaran saham ini bergantung pada pencapaian target perusahaan yang telah ditetapkan oleh dewan direksi Tesla.
Rincian Paket Gaji Elon Musk
Tranche pertama akan dibayarkan apabila Tesla berhasil mencapai kapitalisasi pasar sebesar US$ 2 triliun. Saat ini, Tesla memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$ 1,54 triliun.
Setiap kenaikan kapitalisasi pasar sebesar US$ 500 miliar akan membuka tranche berikutnya hingga total nilai perusahaan mencapai US$ 6,5 triliun.
Untuk dua tahap terakhir pembayaran, Tesla harus mencapai kapitalisasi pasar hingga US$ 8,5 triliun agar Elon Musk memperoleh keseluruhan kompensasi. Dengan rencana ini, kepemilikan saham Elon Musk akan meningkat dari 13% menjadi sekitar 25%.
Target Operasional yang Harus Dicapai
Selain target nilai kapitalisasi pasar, Elon Musk juga harus mencapai sejumlah tonggak pendapatan operasional. Target tersebut meliputi pendapatan tahunan yang disesuaikan mulai dari US$ 50 miliar hingga US$ 400 miliar.
Tesla juga menetapkan target pengiriman kendaraan sebanyak 20 juta unit. Selain itu, target akun langganan Full Self-Driving (FSD) aktif mencapai 10 juta.
Perusahaan juga menetapkan tonggak untuk mengirimkan satu juta robot humanoid Optimus dan mengoperasikan satu juta robotaxi secara komersial.
Hingga September 2024, Tesla sudah mengirimkan lebih dari delapan juta kendaraan ke konsumen di seluruh dunia.
Faktor Risiko dan Kelonggaran Ketentuan
Rencana gaji Elon Musk juga mencakup klausul ‘peristiwa yang dicakup’ atau covered events.
Klausul ini memungkinkan Musk memperoleh saham meski target operasional gagal tercapai karena bencana alam, perang, pandemi, atau perubahan signifikan dalam regulasi pemerintah.
Hal ini memberikan fleksibilitas kepada Musk untuk mengumpulkan kompensasi dalam situasi luar biasa yang tidak terduga.
Dinamika Persetujuan di Kalangan Pemegang Saham
Walau mayoritas pemegang saham menyetujui paket ini, terdapat suara abstain dan penentangan dari sejumlah pihak.
Penasihat umum Tesla, Brandon Ehrhart, menyatakan bahwa Tesla akan meninjau langkah berikutnya menyusul voting tersebut.
Persetujuan ini juga berhubungan dengan putusan Pengadilan Tinggi Delaware yang membatalkan paket gaji lama Elon Musk sejak 2018.
Kasus ini masih berlanjut dan menunggu keputusan Mahkamah Agung Negara Bagian Delaware.
Dampak dan Kontroversi Terkait Elon Musk
Elon Musk dikenal memiliki sejumlah bisnis besar lain termasuk SpaceX, xAI, Starlink, Neuralink, serta The Boring Company.
Keterlibatan Musk dalam politik Amerika Serikat juga mendapat sorotan, terutama dukungannya terhadap mantan Presiden Donald Trump dan upayanya mengurangi anggaran pemerintah.
Sebuah makalah dari Biro Riset Ekonomi Nasional memproyeksikan bahwa penjualan Tesla di AS akan lebih tinggi 67%-83% tanpa pengaruh kontroversial politik yang dilancarkan Elon Musk sejak Oktober 2022.
Rencana gaji baru ini tidak membatasi aktivitas politik Musk dan tidak menetapkan waktu minimum yang harus habiskan untuk bekerja di Tesla.
Paket gaji yang disetujui ini mencerminkan keyakinan pemegang saham atas potensi pertumbuhan Tesla di masa depan.
Namun, target yang harus dicapai sangat ambisius dan mencerminkan ekspektasi tinggi akan kinerja dan inovasi Elon Musk dalam mengarahkan perusahaan.
Baca selengkapnya di: katadata.co.id