Serangan Siber ATO Mengintai: Kenali Ancaman dan Cara Ampuh Cegah agar Tidak Terjadi!

Ancaman serangan siber semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Salah satu modus yang sedang marak adalah Account Takeover (ATO). Dalam serangan ini, pelaku mengambil alih akun yang dimiliki korban. Akibatnya, korban bisa kehilangan akses ke akun tersebut dan mengalami kerugian signifikan, baik finansial maupun reputasi.

Menurut Prof. Lukito Edi Nugroho, seorang Guru Besar Teknik Elektro dan Teknologi Informasi di UGM, ATO ditandai dengan pencurian kredensial. Dalam 88% kasus serangan terhadap aplikasi web, kredensial pengguna dicuri. Dengan demikian, pengetahuan tentang bagaimana serangan ini dilakukan penting untuk melindungi diri.

Pintu Masuk Penyerang

Penyerang memanfaatkan berbagai metode untuk melakukan ATO. Di antara metode tersebut adalah phishing, malware, dan credential stuffing. Phishing, misalnya, mengelabui korban untuk mengungkapkan informasi penting. Sementara itu, credential stuffing menggunakan daftar kombinasi kata sandi yang bocor untuk mencuri akun.

Prof. Lukito juga menjelaskan bahwa kelemahan pengguna sering menjadi pintu masuk yang mudah bagi penyerang. Banyak pengguna yang masih menggunakan kata sandi yang lemah dan berisiko. Dia menegaskan pentingnya tidak hanya bergantung pada sistem keamanan platform, tetapi juga meningkatkan literasi pengguna.

Ciri-Ciri Akun Terkena ATO

Ada beberapa ciri yang dapat menunjukkan bahwa akun Anda telah terkena serangan ATO. Jika Anda menerima notifikasi login yang tidak wajar, perubahan kata sandi, atau notifikasi penarikan yang tidak dikenali, sebaiknya segera bertindak. Keluar dari akun di perangkat publik juga merupakan langkah yang bijak.

Cara Mencegah ATO

Untuk mencegah serangan ATO, berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

  1. Aktifkan Multi-Factor Authentication (MFA) dan hindari metode via SMS.
  2. Gunakan kata sandi yang kuat dan kelola menggunakan password manager.
  3. Waspadai phishing dan selalu perbarui sistem operasi dan aplikasi.
  4. Selalu logout setelah menggunakan perangkat publik.
  5. Periksa apakah data Anda pernah bocor dan ganti kata sandi jika perlu.
  6. Aktifkan notifikasi login untuk deteksi cepat.

Kolaborasi sebagai Solusi

Prof. Lukito mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam mencegah serangan ATO. Pemerintah perlu meningkatkan literasi siber di masyarakat. Platform digital harus menerapkan kontrol keamanan yang lebih ketat, seperti MFA secara default. Masyarakat juga diharapkan cepat melapor jika mengalami kejadian mencurigakan.

Dedy Liem, seorang praktisi e-commerce, menyatakan bahwa serangan ATO sering kali menargetkan pengguna yang aktif bertransaksi. Modus yang umum adalah pelaku berpura-pura sebagai staf e-commerce dengan tujuan untuk mendapatkan kode OTP.

Pentingnya Edukasi

Dedy menegaskan perlunya edukasi berkelanjutan bagi pengguna e-commerce. Banyak pengguna yang belum memahami risiko dan cara pencegahan. Kegagalan untuk mengenali modus penipuan sering kali disebabkan oleh kurangnya literasi digital.

Dalam era digital, serangan siber seperti ATO tidak dapat diabaikan. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi, keamanan menjadi tanggung jawab bersama. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan akun menjadi langkah preventif yang sangat diperlukan untuk melindungi diri dari ancaman ini.

Regulasi dan Perlindungan Data

Indonesia memiliki regulasi yang cukup baik mengenai kejahatan siber. Namun, tantangan terbesar adalah implementasi yang konsisten. Kerja sama antara pemerintah, penyedia platform, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk ekosistem digital yang lebih aman.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, pengguna dapat meningkatkan keamanan akun mereka. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengenali dan memahami karakteristik serangan siber. Dengan demikian, ancaman ATO bisa diminimalkan.

Baca selengkapnya di: inet.detik.com
Exit mobile version