Pemberian Gelar Pahlawan Nasional Soeharto: Kontroversi dan Reaksi Trending di Media Sosial

Percakapan mengenai pemberian gelar pahlawan nasional untuk Presiden Soeharto telah menarik perhatian besar di media sosial dan platform berita. Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang menetapkan 10 pahlawan nasional, termasuk Soeharto. Wacana ini menciptakan beragam reaksi dari pengguna online.

Hasil pemantauan Drone Emprit menunjukkan kecenderungan positif terhadap keputusan ini di hampir semua platform. Namun, X (dulu Twitter) mencatatkan sentimen negatif yang lebih dominan. Ismail Fahmi dari Drone Emprit menjelaskan bahwa setiap platform memiliki karakter dan nada emosinya masing-masing.

Sentimen Positif di Facebook

Di Facebook, 80 persen percakapan menunjukkan sentimen positif, sementara 20 persen bernada negatif. Platform ini menggambarkan Soeharto sebagai tokoh penting dalam sejarah modern Indonesia. Banyak pengguna menghargai kontribusinya dalam menjaga stabilitas ekonomi serta swasembada pangan.

Dinamika di Instagram

Di Instagram, dengan 103 juta pengguna, sentimen positif mencapai 56 persen, sedangkan 29 persen bernada negatif. Di sini, pengguna menyoroti kontribusi Soeharto dalam hal pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Namun, banyak anak muda juga menyuarakan kritik terkait keadilan sejarah.

Refleksi di Youtube

Youtube mencatat 62 persen percakapan positif dan 35 persen negatif. Mayoritas diskusi berfokus pada stabilitas ekonomi selama kepemimpinan Soeharto. Youtube berperan sebagai forum bagi publik untuk merenungkan sejarah dengan narasi yang lebih panjang dan argumentatif.

Kekuatan di TikTok

TikTok menonjol dengan 77 persen sentimen positif, menjadikannya yang tertinggi di antara semua platform. Banyak video bernuansa nostalgia yang mengaitkan kepemimpinan Soeharto dengan stabilitas kebutuhan pokok dan kesejahteraan rakyat. Gaya komunikasi emosional di TikTok memberikan warna tersendiri dalam percakapan ini.

Sentimen Negatif di X (Twitter)

Berbeda dengan platform lainnya, X didominasi oleh sentimen negatif, mencapai 63 persen. Diskusi di sini mengangkat isu korupsi sistemik dan pelanggaran hak asasi manusia selama Orde Baru. Pembicaraan di X tidak hanya nostalgia, tapi juga kritik mendalam terhadap warisan yang ditinggalkan.

Keseimbangan dalam Media Online

Selain media sosial, portal media online juga memperlihatkan tren positif dengan 64 persen sentimen positif dan 29 persen negatif. Berita yang muncul seringkali mencakup pencapaian dalam pembangunan ekonomi dan stabilitas nasional. Namun, sisi gelap dari era Orde Baru juga tidak luput dari pembahasan.

Secara keseluruhan, tanggapan positif dan negatif terhadap Soeharto menunjukkan dua sisi yang saling bertentangan dalam penilaian sejarah. Masyarakat tampak mengakui kontribusi besar di bidang ekonomi, tetapi tetap kritis terhadap pelanggaran hak asasi manusia.

Tren ini mencerminkan keragaman pandangan dalam masyarakat Indonesia. Terlepas dari nostalgia yang bisa jadi menguat, generasi muda mulai mempertimbangkan moralitas dan keadilan dalam penilaian sejarah. Diskusi ini bukan sekadar tentang menghormati masa lalu, tetapi juga memahami kompleksitas warisan Soeharto dalam konteks kontemporer.

Baca selengkapnya di: www.inews.id
Exit mobile version