Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, baru-baru ini menyoroti pentingnya literasi kecerdasan buatan (AI) untuk mencegah anak-anak mengalami ketergantungan pada teknologi. Hal ini sangat penting dalam konteks perkembangan pola pikir anak. Ketergantungan yang berlebihan dapat mengakibatkan apa yang banyak dikenal sebagai "brain rot," di mana kemampuan berpikir dan kreativitas anak menjadi terhambat.
Nezar menjelaskan bahwa penggunaan AI yang tidak bijak dapat membawa dampak negatif bagi anak-anak. Anak yang terbiasa mengandalkan AI akan cenderung kehilangan kemampuan berpikir kritis. "Yang kita takutkan, bukan anak-anak tambah cerdas dengan AI, tetapi otaknya enggak maksimal dipakai. Semuanya tergantung sama AI," ujarnya. Menyikapi masalah ini, literasi digital menjadi salah satu kunci untuk memahami bagaimana mesti menggunakan teknologi secara bijaksana.
Dalam konteks pendidikan, literasi AI tidak hanya berlaku untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang tua dan guru. Mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk membimbing anak-anak menggunakan teknologi secara efektif. Hal ini penting agar teknologi dapat menjadi alat bantu, bukan justru membuat anak-anak menjadi pasif dalam berpikir.
Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Digital aktif mengembangkan program-program yang bertujuan meningkatkan pemahaman literasi digital. Salah satu program tersebut adalah Talent Factory, yang bertujuan untuk mencetak talenta-talenta digital yang mampu berkompetisi di tingkat global. Program ini tidak hanya fokus pada pengguna, tetapi juga pada pengembangan kapasitas untuk menjadi developer.
-
Pentingnya Literasi
- Memahami cara menggunakan AI dengan bijak.
- Menghindari ketergantungan pada teknologi.
-
Dampak Negatif dari Ketergantungan
- Kemampuan berpikir anak dapat terganggu.
- Risiko brain rot meningkat.
- Peran Orang Tua dan Guru
- Membimbing anak dalam penggunaan teknologi.
- Memberikan pengetahuan tentang literasi digital.
Nezar juga menyatakan harapannya agar Indonesia tidak hanya memiliki talenta digital, tetapi juga masyarakat yang mampu memanfaatkan teknologi tersebut secara bijaksana. Hal ini menjadi tantangan bagi semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan orang tua, untuk berkolaborasi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang mendorong inovasi dan kreativitas.
Dengan meningkatnya akses terhadap teknologi, penting bagi anak-anak untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pencipta. Pengembangan ekosistem yang mendukung kemampuan ini menjadi sangat krusial. Melalui program Talent Factory, Kementerian Komunikasi dan Digital berupaya menciptakan platform yang mendukung riset dan pengembangan dalam bidang AI.
Kita semua harus berperan aktif dalam memastikan bahwa generasi muda kita tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga mampu berinovasi dalam menciptakan solusi menggunakan AI. Dengan cara ini, kita dapat mencegah brain rot dan mendorong pengembangan pola pikir yang kreatif dan kritis pada anak-anak.
Keberadaan literasi AI menjadi pengingat penting akan bagaimana teknologi harus digunakan untuk mendukung pembelajaran, bukan menjadi penghambat. Harapan kita adalah agar generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya paham teknologi, tetapi juga mampu menggunakannya untuk kebaikan bersama.
Baca selengkapnya di: ototekno.okezone.com