Pemakaian listrik untuk menjalankan ChatGPT disebut-sebut bisa 10 hingga 50 kali lipat dibandingkan pemakaian energi untuk Google Search. Pernyataan ini datang dari mantan Kepala BKPM, Gita Wirjawan, yang menyoroti besarnya konsumsi energi platform kecerdasan buatan (AI) modern dalam mencari informasi dan mengolah data.
Menurut Gita, penggunaan aplikasi AI seperti ChatGPT, Deepseek, Grok, atau Gemini membutuhkan daya yang jauh lebih tinggi dibandingkan mesin pencari Google. Selain itu, platform AI untuk pengeditan video seperti Sora bahkan mengonsumsi energi dalam jumlah yang jauh lebih besar, mencapai 10 ribu hingga 50 ribu kali lipat dibanding metode konvensional.
Energi ChatGPT dan Dampaknya
CEO OpenAI, Sam Altman, menyebutkan bahwa setiap kueri yang diproses ChatGPT setara dengan menyalakan lampu 60 watt selama beberapa menit. ChatGPT kini memiliki lebih dari 800 juta pengguna aktif setiap minggu dan terus mengalami lonjakan permintaan, sehingga kebutuhan energinya juga melonjak signifikan.
MIT Technology Review menyoroti konsumsi energi dari sistem AI penghasil video Sora 2. Untuk membuat klip berdurasi lima detik, daya listrik yang diperlukan setara dengan mengoperasikan oven microwave selama satu jam. Jika durasi video diperpanjang, konsumsi energi bisa meningkat hingga empat kali lipat. Hal ini menunjukkan tren konsumsi listrik yang sangat besar di ranah kecerdasan buatan.
Pemakaian Listrik AI Lampaui Tambang Bitcoin
Konsumsi energi yang sangat besar dari AI turut memunculkan kekhawatiran terhadap dampak lingkungan. Peneliti kripto, Alex de Vries-Gao, memperkirakan pada pertengahan 2025, penggunaan energi AI seperti ChatGPT bakal melewati konsumsi listrik penambangan Bitcoin.
De Vries-Gao mengungkapkan bahwa saat ini AI sudah menyumbang sekitar 20% dari total penggunaan listrik pusat data global. Angka ini diprediksi bisa meningkat hingga dua kali lipat pada akhir tahun. Data dari Badan Energi Internasional (IEA) menyebut pusat data menyerap 1,5% dari listrik global tahun lalu dan pertumbuhan ini empat kali lebih cepat dibandingkan total permintaan energi dunia.
IEA memproyeksikan konsumsi listrik pusat data akan meningkat dua kali lipat pada 2030 dengan tren penggunaan AI sebagai faktor utama. Penelitian MIT Technology Review juga memperkirakan konsumsi listrik AI akan melampaui total daya yang digunakan seluruh pusat data di Amerika Serikat pada 2028. Angka itu setara untuk menyalakan listrik bagi 22% rumah tangga AS selama satu tahun.
Dampak Lingkungan Selain Listrik
Selain listrik, konsumsi air untuk pendinginan server menjadi isu penting. Server pusat data memerlukan air ultra-murni untuk menjaga suhu operasi dan mencegah kotoran mikro yang dapat merusak cip. MIT Technology Review mencatat pelatihan model GPT-3, yang menjadi dasar ChatGPT dan Sora 2, menghabiskan sekitar 700 ribu liter air tawar di fasilitas Microsoft.
Perkiraan penggunaan air global untuk kebutuhan AI diperkirakan mencapai 4 hingga 6 miliar meter kubik tiap tahun pada 2027. Selain itu, produksi perangkat keras AI menggunakan proses kimia yang sangat intensif energi dan memerlukan mineral langka seperti kobalt serta tantalum. Produksi GPU kelas atas juga ternyata menghasilkan jejak karbon jauh lebih besar dibanding perangkat elektronik konsumen seperti ponsel dan laptop.
Tantangan Energi dan Lingkungan Teknologi AI
Data ini menunjukkan bahwa teknologi AI menghadirkan tantangan besar terkait konsumsi energi dan dampak lingkungan. Pertumbuhan pesat jumlah pengguna dan kompleksitas model AI memicu kebutuhan listrik dan air yang meningkat jauh dari teknologi sebelumnya. Apabila tren ini terus berlanjut, kebutuhan energi pusat data di dunia diprediksi semakin membesar dalam dekade mendatang.
Penting untuk memantau serta mengembangkan solusi hemat energi dan ramah lingkungan dalam pengoperasian AI ke depan. Inovasi di bidang perangkat keras, pendinginan server, serta penggunaan energi terbarukan bisa menjadi kunci untuk menekan dampak negatif terhadap lingkungan. Pemahaman komprehensif tentang konsumsi sumber daya ini dapat membantu mengarahkan kebijakan dan investasi yang mendukung pengembangan teknologi AI yang berkelanjutan.
Baca selengkapnya di: katadata.co.id