Kolaborasi Penting untuk Mempercepat Transisi Energi Terbarukan di Indonesia

Musyawarah Nasional (Munas) IX Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) yang digelar di Jakarta menjadi momen penting dalam upaya mempercepat transisi ke energi terbarukan. Kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat dianggap krusial untuk mencapai target dan memanfaatkan potensi energi yang dimiliki Indonesia.

Anggota DPR Komisi VI, Rachmat Gobel, menekankan bahwa forum ini tidak hanya acara seremonial, tetapi juga merupakan langkah nyata dalam merumuskan strategi menghadapi tantangan energi nasional. Menurutnya, krisis lingkungan yang dihadapi saat ini erat kaitannya dengan dominasi penggunaan energi fosil. Sementara itu, Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga air, dan energi alternatif lainnya.

Gobel menyatakan, “Potensi ini harus dioptimalkan untuk mendukung visi pemerintah menuju Indonesia Emas 2045.” Ia juga percaya bahwa energi terbarukan dapat menopang target pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8%. Oleh karena itu, penting untuk menghadirkan rekomendasi konkret bagi pemerintah dan memastikan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri energi terbarukan.

Di sisi lain, Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, menegaskan komitmen pemerintah dalam mempercepat transisi energi. Target energi terbarukan nasional saat ini mencapai 42,6 GW, dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai penyumbang terbesar sebesar 17,1 GW. Pemerintah juga sedang memetakan potensi PLTS atap yang dapat mencapai hingga 100 GW.

Selain PLTS, Indonesia memiliki potensi besar lainnya, seperti tenaga air sebesar 7,3 GW, panas bumi 5,2 GW, dan potensi energi terbarukan lain seperti tenaga angin dan energi laut. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemimpin dunia dalam sektor ini, terutama dalam pemanfaatan panas bumi.

Hingga Agustus 2025, bauran energi terbarukan di Indonesia diperkirakan akan mencapai 15,23%, mendekati target nasional sebesar 23%. Eniya optimis bahwa capaian tersebut dapat mencapai 16-19% sesuai dengan penyesuaian Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Munas IX METI diharapkan dapat menjadi momentum untuk mengonsolidasikan ide dan langkah nyata dalam pengembangan energi terbarukan.

Dalam acara tersebut, juga diluncurkan buku putih oleh Dewan Pakar METI sebagai pedoman untuk pengembangan energi terbarukan. Zulfan Zahar terpilih sebagai Ketua Umum METI untuk periode 2025–2028. Dalam 100 hari pertama, ia berkomitmen untuk fokus pada penyusunan kepengurusan dan percepatan tender proyek energi baru terbarukan.

Zulfan menekankan pentingnya keterlibatan sektor swasta dalam transisi energi, dengan potensi investasi yang dapat mencapai USD 200 miliar jika tender energi terbarukan dibuka lebih luas. Ia juga mengungkapkan bahwa regulasi yang ada sudah cukup baik, namun pelaksanaannya sering terhambat oleh birokrasi dan kurangnya komunikasi antarlembaga.

“Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia harus menjadi pelumas, bukan penghambat. Semua ekosistem sudah siap, tinggal bagaimana menjalankannya,” ujar Zulfan. Ia berharap METI dapat memperkuat kolaborasi di sektor energi dan mempercepat peningkatan bauran energi nasional.

Dari pernyataan dan data yang ada, sangat jelas bahwa kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk mencapai transisi energi terbarukan yang lebih cepat dan efisien. Seluruh pihak harus bersinergi agar potensi energi terbarukan Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

Exit mobile version