Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat perubahan yang minim pada sesi pertama perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025, dengan penurunan tipis sebesar 7 poin atau 0,09 persen, sehingga berakhir di level 7.819. Meskipun mengalami penurunan, IHSG sempat mencatat level tertinggi di 7.932 dan terendah di 7.875, dengan total nilai transaksi mencapai Rp 10,19 triliun.
Sebagian besar sektoral mengalami penguatan, namun sektor keuangan justru mengalami penurunan sebesar 0,14 persen. Dalam hal ini, sektor industri menunjukkan kenaikan paling signifikan dengan pertumbuhan sebesar 1,17 persen. Sektor transportasi dan properti juga mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 1,33 persen dan 1,17 persen.
Berdasarkan analisis dari Phintraco Sekuritas, indikator teknikal menunjukkan sinyal campuran. Histogram MACD terlihat mulai melandai, sementara Stochastic RSI berada di area overbought, mengindikasikan potensi adanya death cross. “Kami memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran 7.800-7.900 pada sesi kedua hari ini,” ungkap analis Phintraco dalam risetnya.
Saham Jajaran Top Gainers
Di tengah kondisi IHSG yang datar, beberapa emiten berhasil mencatatkan performa gemilang. Berikut adalah tiga saham top gainers yang menonjol pada perdagangan hari ini:
-
PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
Saham SCMA mencatatkan kenaikan impresif sebesar 15,38 persen, atau setara dengan 36 poin, hingga menyentuh harga 270. Ini menunjukkan permintaan yang kuat dan potensi menarik bagi investor. -
Astra International Tbk (ASII)
Dengan lompatan sebesar 9,95 persen atau 500 poin, saham ASII terbang ke level 5.525. Kenaikan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap kinerja perusahaan yang solid di tengah kondisi pasar yang bergejolak. - Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
Saham UNVR mencatat kenaikan sebesar 5,14 persen, yang setara dengan 90 poin, menjadi 1.840. Perilaku positif ini menunjukkan bahwa perusahaan tetap diminati oleh investor, meskipun IHSG secara keseluruhan terlihat lesu.
Pergerakan IHSG yang datar ini sejalan dengan kondisi pasar global yang menunjukkan tanda-tanda konsolidasi. Bursa Asia-Pasifik juga mengalami penurunan pada pembukaan perdagangan, akibat dampak dari pelemahan di Wall Street, terutama setelah anjloknya dua saham besar yang memengaruhi indeks acuan.
Beberapa analis berharap bahwa pasar akan menemukan titik keseimbangan seiring dengan meningkatnya minat investor dan adanya sentimen positif dari sektor-sektor tertentu. "Meskipun IHSG menunjukkan tren datar, ada beberapa peluang investasi yang dapat dimanfaatkan di saham-saham yang berfundamental kuat," kata seorang analis di Jakarta.
Berdasarkan situasi pasar saat ini, investor disarankan untuk tetap waspada terhadap fluktuasi yang dapat terjadi, serta melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu, masyarakat diharapkan tetap berhati-hati untuk menginvestasikan dana mereka.
Selain itu, penting untuk terus mengikuti laporan dan analisis pasar yang diperbarui secara berkala agar tetap mengetahui perkembangan terbaru. Dengan demikian, investor dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam melakukan investasi di pasar saham Indonesia.
Sementara itu, minat terhadap saham-saham yang memiliki fundamental kuat seperti SCMA, ASII, dan UNVR dapat menjadi indikasi adanya potensi rebound di pasar yang lebih luas, meskipun IHSG saat ini masih dalam fase pergerakan konsolidasi. Perhatian terhadap faktor-faktor eksternal dan perkembangan global juga sebaiknya menjadi pertimbangan bagi para pelaku pasar ke depannya.
