Pemuda Lintas Iman di Indonesia telah bersatu untuk menyerukan kepada masyarakat agar menghentikan aksi anarkis dan tidak mudah terprovokasi. Dalam pernyataan bersama yang diumumkan pada 31 Agustus 2025, mereka menggarisbawahi pentingnya menjaga stabilitas sosial dan mencegah kerusakan yang lebih besar di tengah situasi yang kian memanas.
Komitmen ini merupakan hasil kolaborasi berbagai organisasi pemuda, termasuk Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, GAMKI, dan lainnya. Dalam tujuh poin pernyataan tersebut, mereka menyampaikan simpati yang mendalam kepada korban dari aksi demonstrasi di beberapa daerah yang mengakibatkan luka-luka dan bahkan kehilangan nyawa.
Mereka menekankan bahwa pemerintah dan DPR perlu mendengar suara rakyat serta mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang merugikan. Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, menegaskan, “Mari para kader bergotong-royong, bahu-membahu, membangun ruang dialog dengan tokoh masyarakat dan semua elemen masyarakat.” Ini menunjukkan keseriusan Pemuda Lintas Iman dalam mendorong diskusi konstruktif yang bisa memperbaiki situasi.
Selain meminta pengertian dari para pihak berwenang, mereka juga mendesak pimpinan partai politik untuk bertanggung jawab atas pernyataan yang dapat menimbulkan provokasi. Hal ini menjadi penting untuk menjaga persatuan dan mencegah kemarahan yang justru bisa menimbulkan aksi anarkis.
Pemuda Lintas Iman mengajak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dengan cara yang damai. Mereka menolak aksi perusakan, pembakaran, dan penjarahan, yang hanya akan merugikan sesama. Dalam konteks ini, Seruan kepada masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh isu-isu yang berkaitan dengan SARA juga ditekankan agar tidak terulang kembali peristiwa kerusuhan di tahun 1998.
Lebih lanjut, mereka memohon kepada kepolisian dan TNI untuk menegakkan keamanan dengan cara yang tepat dan terukur. “Tidak represif kepada masyarakat yang melakukan aksi demo damai,” seru Ketua Umum PP Muhammadiyah Dzulfikar. Hal ini penting agar resonansi aksi damai tetap terjaga dan menghindari kericuhan yang sama.
Pernyataan ini juga berisi ajakan untuk semua elemen masyarakat agar saling menjaga satu sama lain, menolak pendekatan anarkis, serta membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat di sekitarnya. Ini memperlihatkan kesadaran kolektif dari berbagai organisasi pemuda bahwa masalah sosial harus ditangani dengan cara bersinergi.
Pernyataan sikap tersebut ditandatangani oleh sembilan pimpinan organisasi pemuda lintas iman, mencerminkan komitmen bersama yang kuat untuk menjaga kedamaian. Seperti yang dikatakan Sahat Martin Philip Sinurat dari GAMKI, “Dengar tuntutan rakyat serta mengevaluasi setiap kebijakan dan program pemerintah yang dinilai merugikan.”
Ke depan, harapan untuk masyarakat adalah terciptanya ruang dialog yang konstruktif serta kesadaran untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu negatif. Pemuda Lintas Iman berharap agar Indonesia bisa menjaga kedamaian dan harmoni antarumat beragama, serta bersikap lebih empatik terhadap masalah-masalah yang dihadapi rakyat.
Inisiatif ini merupakan langkah positif agar Indonesia tetap kokoh dan bersatu, terlepas dari perbedaan yang ada. Keterlibatan aktif pemuda dari berbagai latar belakang agama menjadi simbol harapan bagi terwujudnya masyarakat yang damai dan harmonis di masa depan.
