Bahlil Tepis Stok Langka, SPBU Swasta Minta Kuota Impor BBM Tambahan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa tidak ada kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta. Pernyataan ini muncul di tengah keluhan sejumlah SPBU swasta, seperti Shell, BP-AKR, dan VIVO yang mengaku mengalami kekurangan stok BBM dalam satu pekan terakhir. Bahlil menegaskan bahwa pemerintah telah memberikan tambahan kuota impor BBM sebesar 10% untuk SPBU swasta.

Menurut Bahlil, langkah ini diambil untuk memastikan ketersediaan BBM di pasar. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2024, kuota impor BBM yang diberikan untuk SPBU swasta adalah sebesar 1 juta kiloliter, dan pada tahun 2025 meningkat menjadi 1,1 juta kiloliter. Dengan tambahan kuota tersebut, Bahlil mengklaim tidak seharusnya ada alasan bagi SPBU swasta untuk mengeluh tentang kelangkaan BBM.

“Jadi lebih dari target tahun sebelumnya. Jadi, nggak ada yang menjadi kelangkaan,” tegas Bahlil saat konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

Namun, meskipun sudah ada tambahan kuota, SPBU swasta tetap mengajukan permintaan tambahan pasokan impor BBM. “Kalau pasokan BBM tidak cukup, seharusnya SPBU swasta bisa mengambil dari persediaan BBM yang ada di Pertamina,” ungkapnya. Dengan demikian, Bahlil menegaskan perlunya kolaborasi antara SPBU swasta dan Pertamina untuk memenuhi kebutuhan BBM.

Pada kesempatan lain, Bahlil juga menggarisbawahi bahwa pengawasan tetap dilakukan untuk mencegah kelangkaan dan memastikan distribusi BBM berjalan baik. Ia menilai kerjasama antara distributor swasta dengan Pertamina harus dapat dimanfaatkan secara optimal agar tidak ada kekosongan di SPBU.

Pemerintah melalui Menteri Bahlil berkomitmen untuk melakukan pemantauan secara rutin terkait pendistribusian BBM, selain itu juga melakukan evaluasi terkait kebutuhan pasar setiap tahunnya. Ia menegaskan perlunya transparansi dalam setiap aspek distribusi untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat merugikan semua pihak.

Semakin tingginya permintaan BBM menjelang musim libur dan peningkatan aktivitas masyarakat tentunya memerlukan perhatian lebih dari pihak-pihak terkait. Ketika dilihat dari sisi konsumsi, data menunjukkan bahwa penggunaan BBM di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat.

Untuk mengatasi lonjakan permintaan, Bahlil menyarankan agar SPBU swasta melakukan perencanaan yang lebih baik dalam pengadaan BBM, termasuk memanfaatkan kuota impor yang telah diperoleh. Langkah ini diharapkan mampu menciptakan stabilitas harga dan ketersediaan BBM di pasar.

Bahlil juga mendorong pihak swasta untuk terjun langsung dalam melakukan inovasi agar produk mereka tetap kompetitif. Hal ini penting dalam menghadapi tantangan persaingan di sektor energi yang semakin ketat, dengan masuknya berbagai pemain baru dan teknologi baru.

Dalam konteks ini, Bahlil berharap pihak swasta tidak hanya mengandalkan impor, tetapi juga berusaha untuk berkolaborasi dengan produsen lokal demi menjaga kemandirian dalam penyediaan BBM. Dengan demikian, tantangan yang ada bisa diselesaikan bersama, dan ketersediaan BBM di berbagai titik dapat terjaga dengan baik.

Kedepannya, pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan fasilitas dan infrastruktur pendukung untuk memastikan distribusi BBM tidak hanya berasa di kota besar, tetapi juga sampai ke daerah terpencil, guna pemerataan akses bahan bakar yang merata bagi seluruh masyarakat. Upaya ini sejalan dengan target pembangunan energi berkelanjutan yang menjadi amanat dalam berbagai kebijakan nasional.

Exit mobile version