Sri Mulyani Curhat: Rumah Dijarah Seperti Pesta, Penjarah Tak Terbendung

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini mengungkapkan pengalaman pahit saat rumahnya menjadi target penjarahan. Dalam sebuah unggahan di media sosial, ia menjelaskan bagaimana seorang pria bercelana pendek dan mengenakan jaket merah serta helm hitam secara percaya diri membawa lukisan hasil karyanya yang berharga saat melakukan aksi jahat itu. Insiden penjarahan ini terjadi pada dini hari akhir Agustus 2025, dan menyisakan duka mendalam bagi Sri Mulyani, menjadikannya sebagai simbol hilangnya rasa aman di masyarakat.

Lukisan bunga yang diambil oleh penjarah bukan sekadar barang bagi Sri Mulyani, melainkan hasil dari perenungan dan perjalanan pribadi selama 17 tahun. Menurutnya, lukisan tersebut mewakili rumah yang penuh kenangan, tempat anak-anaknya tumbuh dan bermain. Namun, bagi pelaku penjarahan, karya seni itu hanyalah sumber nilai materi.

“Dia membawa jarahannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi. Bagi mereka, rumah dan barang-barang hanyalah target operasi,” tulis Sri Mulyani dalam akun Instagramnya (@smindrawati). Ia pun mencatat betapa para penjarah tampak seolah sedang berpesta, seperti yang terlihat dalam rekaman wawancara media. Mereka menjawab pertanyaan dengan nada bangga, menunjukkan kehilangan empati dalam situasi tersebut.

Sri Mulyani juga mengamati bahwa tidak hanya kehilangan barang, tetapi juga hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dan rasa keadilan di Indonesia. “Kehilangan lukisan tersebut sama dengan hilangnya rasa aman dan kepastian hukum di negeri ini,” tambahnya. Ia menandaskan bahwa penjarahan ini bukan sekadar aksi kriminal, tetapi mencerminkan permasalahan lebih besar yang dihadapi masyarakat.

Lebih dari sekadar barang material, Sri Mulyani membandingkan kehilangan lukisannya dengan tragedi yang menimpa beberapa korban jiwa dalam insiden kerusuhan yang sama. “Ada korban yang jauh lebih berharga dibanding sekadar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang melayang yang tak akan tergantikan,” ungkapnya sambil mengingat nama-nama yang terlibat dalam tragedi itu, seperti Affan Kurniawan dan Muhammad Akbar Basri.

Peristiwa penjarahan ini mengindikasikan ada yang salah dalam tatanan sosial dan hukum di Indonesia. Sri Mulyani menekankan bahwa negara ini seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan peradaban. “Di tengah keresahan ini, Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan kekuatan destruktif merusak apa yang telah kita bangun,” tegasnya.

Dengan tindakan ini, Sri Mulyani mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan memperbaiki Indonesia. Ia berharap negara hukum yang berperikemanusiaan dapat terwujud dan tidak dibiarkan runtuh oleh tindakan-tindakan tidak terpuji.

Melalui pengalaman pribadi ini, Sri Mulyani berupaya menyoroti isu-isu sosial yang lebih luas, termasuk dampak dari penjarahan terhadap masyarakat, terutama bagi mereka yang menjadi korban. Insiden yang merusak keamanan pribadi ini memberikan gambaran tentang tantangan yang harus dihadapi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik.

Sri Mulyani menutup pernyataannya dengan harapan untuk bisa mengembalikan keadilan dan rasa aman dalam masyarakat. “Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah, dan tanpa putus asa,” ujarnya. Ini mencerminkan keinginan mendalam untuk melihat bangsa ini pulih dari luka-luka sosial yang ada.

Exit mobile version