PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) telah mencatatkan penyaluran pembiayaan alat berat sebesar Rp237 miliar hingga Juli 2025. Meskipun jumlah ini menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Adira Finance tetap optimis terhadap prospek pembiayaan alat berat di sektor perkebunan kelapa sawit (CPO) dan batu bara. Chief Financial Officer (CFO) Adira Finance Sylvanus Gani M menjelaskan, penyaluran ini sejalan dengan tren penjualan dan ekspor kedua komoditas tersebut.
Selama semester I tahun 2025, total pembiayaan bersih Adira Finance tercatat mencapai Rp27,02 triliun, mengalami penurunan sebesar 7% dibandingkan tahun lalu. Dari total tersebut, pembiayaan alat berat yang disalurkan mencapai Rp519,51 miliar. Meski porsi pembiayaan alat berat relatif kecil dalam keseluruhan portofolio, Adira Finance melihat potensi pertumbuhan yang positif hingga akhir tahun dalam sektor ini.
Adira Finance menjelaskan bahwa wilayah Sumatera dan Kalimantan menjadi kontributor utama bagi pembiayaan alat berat. Gani menyebutkan bahwa peluang pertumbuhan terletak pada sektor nikel dan batu bara, terutama dengan adanya peningkatan permintaan terhadap mesin produksi lokal. Hal ini juga didorong oleh program Indonesia Food Estate dan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berpotensi meningkatkan kebutuhan akan alat berat.
Dalam menerapkan pembiayaan ini, Adira Finance menegaskan pentingnya prinsip yang tersegmentasi sesuai dengan risk appetite perusahaan. Dengan demikian, perusahaan mampu meminimalkan risiko kredit macet yang mungkin terjadi. Langkah ini juga mencerminkan upaya Adira Finance dalam memperkuat daya saing dan menyeimbangkan portofolio risiko.
Pendapatan dari ekspor CPO menunjukkan tren positif, dengan nilai ekspor naik 32,92% menjadi US$14,02 miliar pada Januari-Juli 2025, dibandingkan US$10,55 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Volume ekspor CPO juga meningkat sebesar 10,95%, dari 12,29 juta ton menjadi 13,64 juta ton. Data ini mendukung keyakinan Adira Finance bahwa sektor CPO dapat memacu pertumbuhan lebih lanjut di bidang pembiayaan alat berat.
Sementara itu, sektor batu bara mengalami penurunan, dengan nilai ekspor turun 21,74% menjadi US$13,82 miliar. Volume ekspor batu bara juga menurun sebesar 6,96% menjadi 214,71 juta ton pada periode yang sama. Hal ini menunjukkan adanya tantangan bagi pembiayaan alat berat di sektor ini.
Gani menekankan bahwa keberlanjutan program dan proyek strategis yang ada di Indonesia menjadi pendorong pertumbuhan pembiayaan alat berat. Perusahaan berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam kegiatan pembangunan baik di sektor pemerintah maupun swasta. Pembiayaan ini diharapkan dapat mendukung akselerasi pembangunan infrastruktur yang makin mendesak.
Di sisi lain, Adira Finance tengah berupaya untuk melakukan diversifikasi portofolio melalui pembiayaan alat berat. Langkah ini dianggap strategis dalam meningkatkan ketahanan dan daya saing perusahaan, sekaligus menciptakan peluang baru yang lebih berkelanjutan seiring perkembangan ekonomi nasional.
Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan, Adira Finance akan terus memantau permintaan di berbagai sektor, terutama yang berkaitan dengan proyek infrastruktur dan industri. Meskipun menghadapi penurunan di sektor batu bara, potensi di sektor CPO dan nikel tetap menjanjikan untuk menunjang kinerja di masa mendatang.
Informasi tentang tren pembiayaan alat berat yang disalurkan oleh Adira Finance menunjukkan bahwa perusahaan ini terus berupaya untuk beradaptasi dengan dinamika pasar dan kebutuhan pelanggan. Dengan fokus pada pertumbuhan dan keberlanjutan, Adira Finance berkomitmen untuk memberikan pembiayaan yang solutif bagi sektor industri di Tanah Air.
