Perdana Menteri Laos, Sonexay Siphandone, secara resmi menyatakan ketertarikan negaranya untuk bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS. Pernyataan tersebut disampaikan dalam dialog bisnis Rusia-Laos di Eastern Economic Forum (EEF) di Vladivostok pada Jumat, 6 September 2023. Siphandone menegaskan bahwa keanggotaan BRICS dapat sejalan dengan kepentingan nasional Laos dan membuka peluang baru dalam memperkuat ekonomi negara kecil tersebut.
“Kami tertarik menjadi anggota BRICS. Saat ini, kami sedang mempelajari isu tersebut,” ujar Siphandone. Ia menambahkan bahwa BRICS berperan penting dalam meningkatkan kemandirian negara-negara yang tergabung dalam Global South. Salah satu prioritas utama yang diusung oleh BRICS adalah upaya untuk mengurangi ketergantungan negara-negara tersebut terhadap dolar Amerika Serikat dalam perdagangan internasional. Siphandone mencatat bahwa inisiatif ini yang sebelumnya terasa mustahil kini mulai menunjukkan hasil yang positif berkat aliansi BRICS.
Laos sendiri tidak hanya melihat keuntungan ekonomi dalam bergabung dengan BRICS, tetapi juga memperkuat posisinya di Asia Tenggara. Negara ini berbatasan langsung dengan Kamboja, Vietnam, dan Thailand, sehingga menjadi jembatan strategis di kawasan tersebut. Dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, Siphandone menyampaikan rasa syukurnya atas undangan untuk hadir di EEF. “Suatu kehormatan besar bagi saya kembali mengunjungi Rusia setelah hampir 38 tahun,” tambahnya.
Saat ini, Laos termasuk dalam daftar 45 negara yang menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS. Dari jumlah tersebut, 23 negara telah secara resmi mengajukan aplikasi, sementara 22 negara lainnya baru mengungkapkan niat tanpa pendaftaran resmi. Proses penerimaan anggota baru BRICS diharapkan dapat dievaluasi pada akhir tahun ini, terutama setelah empat anggota baru diterima pada Oktober 2023 dan dijadwalkan resmi bergabung mulai Januari 2024.
Meskipun BRICS belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai rencana ekspansi untuk tahun ini, terdapat harapan bahwa penambahan anggota kembali dapat dilakukan. Proses tersebut diperkirakan akan rampung pada bulan Oktober mendatang, memberikan kesempatan bagi negara-negara yang berminat, termasuk Laos, untuk menjadi bagian dari aliansi yang semakin berpengaruh ini.
BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, telah memainkan peran strategis dalam perekonomian global dengan mendukung kerjasama antara negara-negara berkembang. Keberadaan BRICS sebagai alternatif dari institusi keuangan dominan seperti IMF dan Bank Dunia memberikan kekuatan baru dalam mengatasi tantangan global dan meningkatkan kemandirian ekonomi negara-negara anggotanya.
Dalam konteks ini, Laos diharapkan dapat memanfaatkan keanggotaan BRICS untuk mendorong investasi dan meningkatkan daya saing ekonominya. Kerjasama yang kuat di antara anggota BRICS dapat memberikan peluang bagi Laos untuk belajar dari pengalaman Negara lain, terutama dalam bidang infrastruktur, teknologi, dan perdagangan.
Sementara itu, perjalanan Laos menuju keanggotaan BRICS akan dipantau secara seksama. Para pemangku kepentingan di wilayah tersebut berharap bahwa keanggotaan BRICS akan membantu Laos dalam mencapai pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil, Laos memiliki potensi untuk berkontribusi secara signifikan terhadap dinamika baru di dalam BRICS serta mengupayakan sinergi dengan anggota yang lain.
Dengan ketertarikan Laos untuk bergabung dengan BRICS, harapan untuk meraih kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing semakin menguat. Ini akan berdampak pada kebijakan ekonomi domestik dan hubungan internasional Laos dalam jangka panjang.
