Polemik mengenai gaji dan tunjangan anggota DPR RI kembali mencuat, kali ini diungkapkan oleh anggota Komisi IX, Rieke Diah Pitaloka. Dalam sebuah perbincangan di kanal YouTube Denny Sumargo, Rieke menyoroti besarnya tunjangan kinerja (tukin) yang diterima oleh Kementerian Keuangan, yang mencapai 300 persen. Angka ini memicu pemberitaan dan kritik publik yang lebih luas mengenai keadilan dan transparansi dalam sistem remunerasi di berbagai lembaga negara.
Rieke menjelaskan bahwa gaji dan tunjangan ini bukan hanya isu DPR, melainkan memerlukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem gaji di semua lembaga negara. “Tunjangan kinerja kementerian, salah satu yang tertinggi adalah Kementerian Keuangan, 300 persen tunjangannya. Ini jelas menunjukkan ketidakadilan yang perlu dilihat kembali,” ungkapnya. Ia menekankan pentingnya momentum kritik yang sedang bergulir sebagai kesempatan untuk melakukan “reset” sistem keuangan negara, agar lebih adil dan transparan.
Menggunakan situasi ini, Rieke mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk mengambil langkah serius dalam menanggapi isu ini. Menurutnya, transparansi seharusnya tidak terbatas pada DPR saja, melainkan juga harus mencakup semua lembaga negara—baik pusat maupun daerah. “Jangan hanya satu sisi DPR, seharusnya semua kementerian dan lembaga negara ikut transparan,” tambahnya.
Hal ini mencerminkan keresahan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pengelolaan anggaran negara. Rieke berpendapat bahwa evaluasi terkait tunjangan ini krusial agar masyarakat mengetahui alur penggunaan anggaran yang lebih jelas. Ia juga menunjukkan bahwa banyak pihak menuntut kejelasan mengenai bagaimana gaji dan tunjangan ini ditetapkan dan diperoleh.
Sistem penggajian yang kurang transparan dan tidak merata, menurut Rieke, dapat menciptakan ketidakpuasan di tingkat publik. Diketahui bahwa, saat ini, banyak lembaga negara lain yang juga memiliki struktur gaji dan tunjangan yang perlu ditinjau ulang. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan yang berkeadilan bagi semua pegawai negeri.
Seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat untuk keterbukaan, kini saatnya pemerintah bertindak. Rieke menegaskan, “Pak Prabowo, inilah saat yang tepat untuk menilai ulang gaji di seluruh lembaga. Keadilan ini penting untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan.”
Data mengenai gaji dan tunjangan para pegawai negeri memang menjadi sorotan terakhir. Rieke mencatat bahwa beban gaji yang tinggi di beberapa lembaga, ditambah dengan tunjangan kinerja yang fantastis, dapat menciptakan citra negatif bagi pemerintah. Oleh karena itu, ia menyerukan perlunya langkah-langkah konkret yang segera diambil untuk mengembalikan kepercayaan publik.
Menariknya, banyak anggota DPR dan masyarakat umum juga mendukung gagasan ini. Mereka mengharapkan adanya kajian yang mendalam dan komprehensif mengenai sistem gaji serta tunjangan, sehingga bisa menciptakan keselarasan dan keharmonisan dalam struktur penggajian di seluruh instansi.
Sebagai langkah awal, Rieke merekomendasikan penggunaan data dan indikator yang relevan untuk mengukur keseimbangan antara tunjangan dan kinerja setiap lembaga. Hal ini diharapkan dapat membantu dalam proses evaluasi yang lebih objektif.
Pentingnya transparansi dalam pengelolaan anggaran negara tidak lagi bisa ditawar. Dengan dukungan publik yang terus meningkat, pemerintah diharapkan mampu menjawab tantangan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menciptakan sistem yang lebih baik untuk semua pihak. Dengan demikian, isu ini tidak hanya menjadi perbincangan sesaat, tetapi juga langkah konstruktif bagi pemerintahan yang lebih responsif dan akuntabel di masa depan.
