Kondisi pasar aset kripto mengalami guncangan signifikan setelah terjadinya peningkatan ketegangan geopolitik akibat serangan militer Israel yang menargetkan pejabat senior Hamas di Doha, Qatar. Peristiwa ini memicu reaksi negatif dari para investor, yang segera melepaskan aset berisiko seperti Bitcoin dan Ethereum, sementara harga emas dan minyak justru mengalami lonjakan.
Menurut data yang dirilis oleh Coin Market Cap dan dikutip dari Indodax, harga Bitcoin (BTC) pada 10 September 2025 tercatat mengalami penurunan hingga mencapai US$111,491. Ethereum (ETH) juga tidak luput dari dampak ini, jatuh menjadi sekitar US$4,301. Penurunan signifikan dalam harga ini mencerminkan sentimen risk-off yang melanda pasar, di mana investor cenderung merugikan aset yang dianggap berisiko tinggi dalam kondisi ketidakpastian global.
Data dari Coinglass menunjukkan bahwa ketegangan yang terjadi memicu likuidasi lebih dari US$370 juta dalam waktu 24 jam. Posisi long dalam Ethereum mengalami tekanan terbesar dengan kerugian sekitar US$11,9 juta, diikuti oleh Bitcoin yang menanggung kerugian mencapai US$10,5 juta. Dalam satu jam pertama setelah berita serangan merebak, sekitar US$52 juta posisi leverage hilang dari pasar.
Di sisi lain, fenomena klasik muncul di pasar komoditas ketika harga emas melejit ke level tertinggi baru. Emas, yang sering disebut sebagai “safe haven,” meningkat signifikan sebagai respons terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan dari situasi geopolitik. Begitu juga dengan harga minyak yang mengalami kenaikan sekitar US$1 per barel, mendekati kisaran US$67. Pergerakan ini menunjukkan bahwa dalam masa ketakutan, investor cenderung beralih mencari perlindungan dalam investasi yang lebih stabil.
Kejadian ini menegaskan bahwa Bitcoin, walaupun sering dipromosikan sebagai alternatif penyimpan nilai, belum sepenuhnya berfungsi sebagai aset pelindung dalam situasi risiko jangka pendek. Banyak analis memperdebatkan seberapa efektif Bitcoin dapat diandalkan untuk menghindari fluktuasi tajam dalam konteks krisis geopolitik.
Serangan Israel yang memicu krisis ini terjadi setelah insiden penembakan di Yerusalem yang menewaskan enam orang, yang kemudian diakui oleh Hamas sebagai tindakan balasan. Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa serangan di Doha ditujukan kepada kepala negosiator Hamas, Khalil Al Hayya. Tindakan tersebut mendapat kecaman dari pihak Qatar, yang menyebutnya sebagai serangan pengecut dan tidak bertanggung jawab, menekankan bahwa mereka tidak akan mentolerir tindakan serupa di masa mendatang.
Situasi ini jelas menunjukkan kompleksitas yang menyertai aset digital dan konvensional di pasar global, serta dampak langsung dari peristiwa politik terhadap kestabilan keuangan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, investor perlu mempertimbangkan kembali strategi mereka, terutama dalam melihat posisi Bitcoin dan Ethereum di tengah peningkatan ketegangan.
Dengan semua informasi ini, jelas bahwa di tengah fluktuasi yang tak terduga, perlindungan terhadap investasi dapat ditemukan pada aset tradisional seperti emas dan minyak, yang seringkali lebih diandalkan di saat-saat ketidakpastian global.
