Kementerian ESDM: Bauran EBT Indonesia Mencapai 16 Persen di Tahun Ini

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia telah mencapai 16% per awal September 2025. Pencapaian ini merupakan hasil dari pengoperasian sejumlah proyek pembangkit listrik berbasis energi hijau, seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiyani Dewi, menyatakan bahwa kenaikan ini adalah langkah signifikan dalam upaya transisi energi nasional.

Menurut Eniya, kenaikan dalam bauran ini terjadi berkat penambahan kapasitas pembangkit yang baru beroperasi. "Ada catatan COD tambahan dari panas bumi, lalu COD beberapa PLTS kecil," jelasnya saat acara Indonesia Solar Summit di Jakarta pada Kamis (11/9/2025). Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kontribusi EBT dalam penyediaan energi nasional.

Target Jangka Panjang EBT

Merujuk pada Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), Kementerian ESDM menargetkan bauran EBT nasional akan mencapai 23% pada tahun 2030. Target ini sebelumnya ditetapkan untuk tercapai pada tahun 2025, namun harus mundur akibat berbagai tantangan yang dihadapi di lapangan. Salah satu tantangan utama adalah masih banyak industri yang bergantung pada suplai listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang sebagian besar sumber energinya berasal dari bahan bakar fosil, terutama batu bara.

Dukungan Terhadap Energi Terbarukan

Di masa mendatang, Eniya menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendorong pengoperasian lebih banyak pembangkit berbasis EBT meskipun pencapaian 16% sudah lebih awal dari perkiraan. Dia berharap akan ada penambahan lebih lanjut, termasuk dari pembangkit listrik tenaga air dan mikrohidro dalam waktu dekat. "Alhamdulillah bisa tercapai 16%. Semoga akhir tahun ini ada COD lagi dari pembangkit listrik tenaga air atau mikrohidro," tambahnya.

Tantangan Dalam Transisi Energi

Pendapat Eniya juga menyoroti beberapa kendala dalam transisi energi di Indonesia. Banyak industri masih menggunakan listrik dari PLN, yang berarti mereka terikat pada pasokan energi yang sebagian besar berbasis fosil. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai target bauran EBT yang lebih tinggi. Meskipun demikian, berbagai kebijakan dan insentif dari pemerintah diharapkan dapat meningkatkan penggunaan energi terbarukan di masa depan.

Peran Teknologi dalam Mendorong EBT

Proyek-proyek terbaru dalam bidang energi terbarukan juga mencerminkan kemajuan teknologi. Misalnya, penggunaan teknologi terbaru dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya tenaga surya. Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam melimpah, memiliki potensi besar untuk mengimplementasikan berbagai jenis energi terbarukan seperti angin, biomassa, dan hidro.

Komitmen Berkelanjutan terhadap Energi Hijau

Untuk mencapai target yang lebih ambisius, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas sangat diperlukan. Salah satu langkah yang bisa dipertimbangkan adalah penerbitan sukuk hijau untuk mendanai proyek-proyek energi terbarukan. Dengan tambahan investasi dan dukungan, diharapkan bauran EBT dapat terus meningkat dalam rangka mencapai target jangka panjang yang telah ditetapkan.

Kementerian ESDM terus berupaya mempercepat transisi menuju energi yang lebih hijau. Dengan pencapaian 16% yang baru saja diraih, Indonesia menunjukkan komitmen untuk berevolusi menjadi negara dengan bauran energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Exit mobile version