Jurus XLSmart Jaga Sinyal Tetap Stabil di Tengah Banjir Bali

Banjir yang terjadi di Bali pada 10 dan 11 September 2025 menimbulkan tantangan signifikan bagi layanan telekomunikasi. PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) melaporkan bahwa meskipun bencana tersebut tidak menyebabkan dampak signifikan terhadap operasionalnya, mereka tetap menghadapi beberapa kendala. Dengan lebih dari 7.200 Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di seluruh pulau, sekitar 2.700 BTS berada di daerah yang paling parah terdampak, seperti Kabupaten Jembrana, Tabanan, dan Badung.

Kondisi cuaca ekstrem yang melanda Bali disebabkan oleh aktifnya Gelombang Ekuatorial Rossby, yang telah menyebabkan hujan lebat. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan tercatat mencapai 385 mm per hari pada 9-10 September, menjadikannya sebagai yang tertinggi di Indonesia saat itu. Hal ini mengakibatkan tidak hanya banjir, tetapi juga gangguan dalam pasokan listrik. Meskipun beberapa BTS mengalami kesulitan akibat terputusnya listrik, XLSmart segera mengaktifkan genset untuk menjaga layanan tetap beroperasi.

Regional Group Head XLSmart East Region, Dodik Ariyanto, mengungkapkan bahwa tim teknisnya sigap dalam mengatasi permasalahan yang ada. “Kami berupaya keras menjaga kualitas layanan di area terdampak, mengingat layanan telekomunikasi saat ini sangat dibutuhkan masyarakat dan pihak berwenang yang menangani bencana,” ujarnya. Hal ini menunjukkan keseriusan XLSmart dalam memastikan bahwa akses komunikasi tetap tersedia bagi masyarakat yang membutuhkan.

Hingga berita ini ditulis pada 12 September, layanan telekomunikasi di Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, dan Tabanan telah kembali normal. Masyarakat yang sebelumnya terganggu kini bisa mengakses layanan telekomunikasi dan data yang vital. Penanganan yang cepat dan efektif dari tim XLSmart diperkuat dengan pemantauan intensif, yang bertujuan untuk memastikan bahwa layanan berfungsi optimal bagi pelanggan.

Fenomena cuaca ekstrem ini mendapatkan perhatian serius dari para peneliti dan pemerintah. BMKG telah memperingatkan bahwa curah hujan yang tidak biasa terjadi di periode musim kemarau ini menjadi indikasi potensi perubahan iklim yang perlu diperhatikan. Ketua DPR RI Puan Maharani juga meminta pemerintah untuk memperkuat mitigasi bencana jangka panjang setelah kejadian ini.

Menurut Siswanto, peneliti iklim BMKG, “Curah hujan ekstrem di Bali ini merupakan yang tertinggi dalam catatan sejarah di wilayah ini.” Ini menggambarkan betapa seriusnya dampak dari perubahan iklim yang dapat membahayakan tidak hanya infrastruktur, tetapi juga kehidupan masyarakat. Ia menambahkan bahwa fenomena ini diharapkan bisa menjadi perhatian semua pihak untuk mengembangkan strategi ketahanan terhadap bencana.

Dari aspek layanan telekomunikasi, XLSmart telah menunjukkan bahwa mereka dapat mengatasi tantangan yang dihadapi. Upaya restore layanan dengan menggunakan genset dan penanganan cepat memungkinkan mereka untuk meminimalisir dampak dari bencana ini. Namun, dengan ancaman cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di masa depan, akan semakin penting bagi perusahaan telekomunikasi seperti XLSmart untuk berinvestasi dalam infrastruktur yang lebih tahan bencana.

Sementara masyarakat Bali berupaya pulih dari dampak banjir, perusahaan telekomunikasi akan berperan krusial dalam memberikan dukungan. Dengan jaringan yang tersedia, masyarakat dapat berkoordinasi dalam penanganan pascabencana serta menjalin komunikasi yang diperlukan untuk pemulihan. Diharapkan, respons cepat dan tepat dari berbagai pihak tidak hanya dapat mengatasi situasi darurat tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi tantangan serupa di masa depan.

Exit mobile version