Mayoritas Driver Ojol Utamakan Cari Order daripada Ikut Aksi 17 September

Rencana aksi demonstrasi yang diadakan pada Selasa, 17 September oleh sejumlah pihak yang mengklaim sebagai wakil pengemudi ojek online (ojol) ternyata tidak mendapatkan dukungan dari mayoritas pengemudi. Sebaliknya, banyak dari mereka memilih untuk meneruskan kegiatan mencari order ketimbang ikut serta dalam aksi yang dinilai tidak mewakili kepentingan mereka tersebut. Hal ini menjadi sorotan penting, terutama di tengah dinamika industri transportasi online yang terus berkembang.

Pandangan Mayoritas Driver

Michael, perwakilan dari komunitas ojol yang tergabung dalam Unit Reaksi Cepat (URC), menegaskan bahwa mayoritas pengemudi sudah sepakat untuk tetap bekerja dan tidak terlibat dalam aksi tersebut. “Banyak teman-teman yang sepakat untuk tetap on-bid. Kami tahu bahwa aksi ini ditunggangi oleh oknum politik dengan iming-iming sembako,” ungkapnya. Respon dari komunitas pengemudi menunjukkan keengganan mereka untuk terlibat dalam agenda yang tidak mencerminkan suara mayoritas anggotanya.

Tanggapan Terhadap Keraguan Akan Gangguan Layanan

Kekhawatiran bahwa aksi demonstrasi ini akan mengganggu layanan aplikasi transportasi online juga dibantah oleh Michael. Dia menjelaskan, “Order tetap jalan, aplikasi tetap buka, jadi tidak akan ada gangguan berarti di lapangan.” Pernyataan ini mencerminkan sikap optimis pengemudi yang berfokus pada kelangsungan pekerjaan mereka daripada terlibat dalam demonstrasi yang dianggap tidak relevan.

Dinamika Berbeda dalam Komunitas Driver

Dalam beberapa tahun terakhir, pengemudi ojol sering melakukan aksi unjuk rasa, terutama terkait skema insentif, tarif, dan potongan komisi dari aplikasi. Namun, dalam konteks aksi 17 September ini, banyak pengemudi merasa bahwa tuntutan yang diajukan terasa tidak logis, seperti permintaan untuk menurunkan potongan komisi dari 20 persen menjadi 10 persen. “Sebagian besar pengemudi menilai potongan 20 persen masih memberi benefit. Ada layanan balik yang kami rasakan,” jelas Michael, menggambarkan ketidakpuasan terhadap tuntutan yang diajukan oleh sekelompok kecil pengemudi.

Isu Penunggangan Politik

Lebih jauh, ada keprihatinan mengenai penggunaan nama almarhum Affan dalam tuntutan aksi. Keluarganya telah menolak untuk namanya dipolitisasi. Michael menyatakan bahwa keluarga almarhum telah secara tegas menyatakan tidak ingin nama tersebut dibawa ke ranah politik jalanan. “Aksi ini jelas dipolitisasi dan tidak mencerminkan kepentingan ojol,” tambahnya.

Ketika menelaah pengaruh politik dalam aksi-aksi pengemudi ojol, terlihat bahwa ini bukan hal baru. Aksi yang terkadang menarik perhatian partai politik atau kelompok kepentingan sering kali mendulang spekulasi tentang motivasi yang lebih besar di balik demonstrasi tersebut. Namun, saat ini, mayoritas pengemudi tampak lebih berhati-hati dan lebih memilih untuk menjalani dialog ketimbang menghadapi situasi konflik.

Kesadaran Baru di Antara Pengemudi

Perubahan sikap ini menunjukkan bahwa pengemudi ojol mulai menyadari pentingnya bersikap kritis terhadap isu-isu yang muncul dalam komunitas mereka. Mereka lebih memilih untuk mencari solusi yang konstruktif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, ketegangan antara pengemudi dan aplikasi digital yang mereka andalkan tampaknya bisa diselesaikan melalui komunikasi yang lebih baik, bukan melalui demonstrasi yang bisa memicu kegaduhan.

Dengan situasi yang terus berkembang, para pengemudi harus tetap fokus pada peningkatan kondisi kerja mereka sambil tetap menjaga integritas dalam komunitas. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana mereka dapat terus beradaptasi dalam menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi dalam industri transportasi digital ini.

Exit mobile version