Dana Rp 200 T di Bank Himbara Harus Digerakkan ke Sektor Riil untuk Optimalkan Ekonomi

Pemerintah telah menempatkan dana sebesar Rp 200 triliun di bank-bank Himbara dengan tujuan menyokong perekonomian. Namun, dana yang cukup besar ini diharapkan bukan hanya dimanfaatkan oleh pengusaha besar, melainkan lebih diarahkan untuk sektor riil, khususnya dalam pengembangan industri manufaktur dan pengusaha menengah ke bawah. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sanny Iskandar.

Sanny menekankan pentingnya alokasi dana ini untuk memperkuat sektor riil guna menciptakan pengusaha kelas menengah baru di Indonesia. “Dengan Rp 200 triliun, ada kesempatan menggunakan dana, tentunya bukan untuk pengusaha besar. Mereka sudah lebih siap untuk pengembangan apabila iklim investasi memungkinkan. Yang lebih penting adalah pengusaha menengah ke bawah,” ujarnya saat berbicara di acara The Forum yang diselenggarakan oleh B-Universe.

Prioritas untuk sektor manufaktur tidak hanya akan memberikan efek positif bagi perekonomian, tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja baru. Sektor ini dikenal memiliki efek berganda yang signifikan dan dapat meningkatkan daya saing industri nasional. Dengan penguatan sektor riil, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat berjalan lebih berkelanjutan.

Selain itu, Sanny juga mengarahkan perhatian kepada generasi muda yang saat ini banyak berbondong-bondong tertarik pada startup teknologi dan digitalisasi. “Kita sekarang mendorong entrepreneurship di anak muda, tetapi kebanyakan bermain di startup yang berhubungan dengan digitalisasi dan keuangan,” katanya. Ia menyarankan agar ada perhatian lebih untuk mendorong anak muda terlibat dalam sektor manufaktur dan industri yang lebih tradisional namun mendasar.

Pesan Sanny ini tampaknya sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui berbagai langkah, termasuk penyuntikan dana yang signifikan ke bank-bank Himbara. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276 Tahun 2025, alokasi dana tersebut akan dibagikan sebagai berikut: BRI, BNI, dan Bank Mandiri masing-masing mendapatkan Rp 55 triliun, sedangkan BTN menerima Rp 25 triliun dan Bank Syariah Indonesia (BSI) memperoleh Rp 10 triliun.

Dengan adanya dana ini, diharapkan bank-bank Himbara dapat memperluas penyaluran kredit, terutama kepada sektor ekonomi yang berpotensi tumbuh. Namun, hal ini membutuhkan strategi yang matang agar pinjaman yang disalurkan tepat sasaran dan efektif dalam mendukung pengembangan sektor riil.

Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memastikan bahwa dana tersebut benar-benar berdampak positif. Pertama, bank-bank Himbara perlu merancang produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan pengusaha menengah ke bawah. Pembiayaan yang fleksibel dan aksesibilitas yang lebih baik akan sangat membantu bagi mereka yang selama ini kesulitan mendapatkan modal.

Kedua, peningkatan pelatihan dan pendampingan bagi pengusaha baru juga perlu diutamakan. Program-program yang mendukung pengembangan keterampilan serta manajemen bisnis dapat memberikan nilai tambah bagi para pengusaha yang mendapatkan akses pembiayaan.

Ketiga, kerja sama antara pemerintah dan swasta dalam menciptakan ekosistem yang kondusif untuk pengusaha serta inovasi di sektor riil perlu ditingkatkan. Dengan kolaborasi yang baik, hasil yang dicapai dari penggunaan dana Rp 200 triliun bisa lebih optimal.

Keberhasilan penggunaan dana ini tidak hanya akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat bagi perkembangan sektor riil di masa depan. Terlebih lagi, sektor ini dapat menjadi katalisator untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat luas.

Dalam konteks ini, komitmen semua pihak, mulai dari pemerintah hingga pelaku usaha, akan sangat menentukan. Dengan memfokuskan dana pada pengembangan sektor riil, Indonesia dapat meraih potensi ekonominya secara maksimal, sekaligus membangun daya saing di tengah persaingan global yang semakin ketat.

Exit mobile version