PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI telah mengumumkan rencana jangka panjang perusahaan untuk periode 2025-2029 yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan inovasi digital. Dalam rencana ini, KAI menetapkan berbagai langkah strategis untuk mengimplementasikan penggunaan biodiesel B40 dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), serta penanaman lebih dari 106 ribu pohon sepanjang jalur rel hingga Agustus 2025.
Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menekankan komitmen perusahaan terhadap lingkungan sosial dan tata kelola (Environmental, Social and Governance/ESG) sebagai salah satu tujuan utama dalam RJPP. “Komitmen ESG kami wujudkan dengan menempatkannya sebagai salah satu tujuan strategis dalam RJPP 2025–2029,” ujar Bobby dalam sebuah konferensi pers.
Digitalisasi juga menjadi salah satu pilar penting dalam transformasi KAI. Penerapan teknologi seperti tiket elektronik (e-boarding pass) dan sistem face recognition untuk boarding gate akan meningkatkan efisiensi penggunaan kertas. Serta, mempercepat proses layanan agar pengalaman pelanggan semakin praktis dan memuaskan. “Kami melihat digitalisasi dan otomasi sebagai inovasi paling mendesak untuk meningkatkan keselamatan dan mempercepat pelayanan,” tambah Bobby.
Sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi, KAI berencana untuk melakukan optimasi desain operasi dan elektrifikasi jalur. Saat ini, elektrifikasi sudah mencapai 8,9 persen. Selain itu, perusahaan juga berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi energi dengan membangun fasilitas ramah lingkungan di kantor LRT Jabodebek.
Melalui langkah-langkah ini, KAI berharap dapat mengganti penggunaan energi konvensional dengan energi terbarukan, termasuk PLTS dan biodiesel B40. Selain itu, untuk mengimbangi emisi karbon, KAI juga akan meningkatkan penanaman pohon di sepanjang jalur rel. “Kami berharap transportasi kereta api akan semakin ramah lingkungan dan berdampak positif bagi kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Tak hanya itu, KAI juga mulai mengukur jejak karbon (carbon footprint) melalui sistem tiket yang mereka luncurkan, serta menyediakan stasiun air di setiap stasiun. Inovasi ini dirancang agar setiap pelanggan dapat merasakan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman dan sesuai dengan standar global.
Feedback dari pelanggan juga menjadi acuan bagi KAI dalam melakukan transformasi. Mengatasi keluhan tentang antrean panjang di boarding gate, KAI mengimplementasikan sistem face recognition. Selain itu, masukan terkait layanan keluarga mendorong KAI untuk menciptakan ruang laktasi dan tempat bermain anak di stasiun. Sementara, keamanan perempuan di transportasi umum memicu hadirnya female seat map dan kereta khusus perempuan di KRL.
“Inovasi yang kami lakukan lahir dari dialog nyata dengan masyarakat, baik melalui media sosial maupun langsung di stasiun,” imbuh Bobby. Dengan pendekatan yang terfokus pada kebutuhan pelanggan, KAI berkomitmen untuk menghadirkan layanan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Rencana ini diharapkan akan semakin meningkatkan kualitas layanan KAI di masa depan, sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip keberlanjutan. Masyarakat dapat mengharapkan perubahan signifikan dalam sistem transportasi kereta api di Indonesia yang ramah lingkungan serta inovatif.
Keberlanjutan dan inovasi menjadi kata kunci dalam perjalanan KAI ke depan, dan perusahaan ini berkomitmen untuk memenuhi ekspektasi pelanggan sambil menjaga lingkungan demi generasi mendatang.
