Nilai Tukar Rupiah Melemah Jumat 26 September, Bank Indonesia Usahakan Stabilitas

Nilai tukar rupiah kembali melemah pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat, 26 September 2023, dengan penurunan sebesar 26 poin atau 0,15% menjadi Rp16.775 per dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, nilai tukar berada di level Rp16.749 per dolar AS. Melemahnya rupiah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar mengenai stabilitas perekonomian nasional.

Bank Indonesia (BI) merespons situasi ini dengan mengintensifkan pemantauan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar dengan menggunakan seluruh instrumen yang tersedia. Upaya tersebut termasuk intervensi pasar melalui instrumen spot, DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), serta pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.

Dalam siaran pers yang diterima, Perry menekankan pentingnya keterlibatan seluruh pelaku pasar dalam menjaga iklim keuangan yang kondusif. "Bank Indonesia juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk turut bersama-sama menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif sehingga stabilitas nilai tukar Rupiah dapat tercapai dengan baik," ujar Perry.

Penyebab Melemahnya Rupiah

Melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kondisi perekonomian global yang tidak menentu, termasuk kebijakan moneter dari negara-negara besar, berkontribusi terhadap fluktuasi nilai tukar. Selain itu, sentimen pasar yang pesimistis terhadap ekonomi domestik juga berperan dalam penurunan ini.

Tindakan Bank Indonesia

Sebagai langkah proaktif, Bank Indonesia menerapkan sejumlah strategi. Di pasar domestik, BI mengandalkan instrumen spot dan DNDF untuk menahan tekanan terhadap nilai tukar. Sementara itu, di pasar internasional, BI secara aktif melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas. Perry meyakini bahwa seluruh upaya yang dilakukan dapat menstabilkan nilai tukar sesuai dengan fundamental ekonominya.

Dalam menjelaskan lebih lanjut, Perry menambahkan bahwa intervensi di pasar luar negeri dilakukan secara terus-menerus, tidak hanya di Asia tetapi juga di Eropa dan Amerika Serikat. Ini menunjukkan komitmen BI untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tetap berada di jalur yang stabil meskipun ada tantangan.

Peran Pelaku Pasar

Dalam konteks ini, peran pelaku pasar sangat penting. Bank Indonesia mengharapkan partisipasi aktif dari investor dan pelaku ekonomi lainnya untuk menciptakan kondisi pasar yang sehat. Kemandirian dalam menjaga stabilitas nilai tukar juga diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari volatilitas yang terjadi akibat faktor eksternal.

Pandangan Ekonom

Beberapa ekonom menyatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah adalah hal yang wajar, terutama dalam situasi global yang penuh dengan ketidakpastian. Mereka menyarankan agar masyarakat tetap tenang dan tidak panik dengan fluktuasi, karena kemampuan BI dalam mengelola isu ini cukup baik. "Biaya melawan tren pasar tentu akan lebih tinggi, baik untuk pelaku pasar maupun perekonomian secara keseluruhan,” kata seorang analis.

Kesimpulan

Sementara nilai tukar rupiah terus berfluktuasi, langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa ada komitmen kuat untuk menjaga stabilitas. Dengan bergandeng tangan antara BI dan pelaku pasar, diharapkan nilai tukar rupiah dapat kembali ke jalur yang stabil. Masyarakat dan pelaku ekonomi diingatkan untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan terbaru dari BI dan pasar global. Momen ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat resiliensi ekonominya.

Exit mobile version