Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini berada di bawah sorotan tajam terkait kapasitasnya dalam mengawasi industri pinjaman online (pinjol). Benny Batara, Founder Bennix Investor Group, mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap lembaga tersebut, menuntut agar OJK dirombak total. Ia mengklaim bahwa OJK telah gagal menjalankan fungsinya, terutama dalam melindungi masyarakat dari kerugian yang disebabkan oleh pinjol.
Dalam sebuah podcast yang disiarkan di kanal YouTube SindoNews, Benny menyoroti risiko besar yang dihadapi masyarakat ketika berinvestasi melalui platform pinjol. “Kita ngomong soal pinjol. Ada yang ilegal, ada yang legal. Tapi sama aja. Semua ada OJK. Iya. Tapi semuanya juga merugikan,” jelasnya. Pernyataan ini menekankan adanya masalah serius dalam pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh OJK.
Benny juga mempertanyakan efektivitas logo OJK yang tertera di banyak platform pinjol. Ia mengatakan, “Terus apa gunanya lu ada logo OJK banyak kredit yang nyangkut?” Contoh nyata dari kegagalan ini, menurutnya, dapat dilihat dari kasus-kasus besar yang melibatkan pinjol, seperti TY Hub dan EVER. Dia mengkritik bagaimana banyak investor yang telah menanamkan dana mereka di platform tersebut, namun berujung pada kerugian tanpa ada penjelasan yang memadai dari OJK.
Analogi yang digunakan Benny sangat menarik; ia menyamakan sertifikasi OJK dengan label halal dari Majelis Ulama Indonesia atau izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Kalau pengawas halal mengizinkan makanan yang ternyata mengandung babi, mereka harus bertanggung jawab. Begitu juga dengan OJK. Jika orang sudah memberikan uang ke perusahaan fintech dan tiba-tiba menghilang, siapa yang akan bertanggung jawab?” ujarnya.
Menurut Benny, keberadaan OJK seharusnya menjamin perlindungan konsumen dan memberikan rasa aman bagi masyarakat. Namun, saat ini justru sebaliknya. “Pengawasan OJK tidak jelas dan merugikan masyarakat,” tegasnya. Hal ini diperkuat dengan berbagai kasus penipuan, kredit macet, dan hilangnya dana yang seolah-olah dibiarkan tanpa penanganan yang tegas.
Benny juga mencatat bahwa keberhasilan pengawasan OJK dapat diukur dari efektivitasnya dalam mencegah kerugian. Namun, berdasarkan data yang ada, ia menilai bahwa lembaga tersebut justru menyengsarakan masyarakat. Ia mengingatkan pentingnya akuntabilitas dalam hal ini: “Pertanggung jawabannya gimana, pengawasannya di mana gitu loh. Itu udah enggak jelas.”
Keinginan untuk melakukan reformasi pada OJK tampaknya menjadi suara umum di kalangan masyarakat yang kecewa dengan kinerja lembaga ini. Semakin banyaknya kasus yang menjadi sorotan publik menambah urgensi untuk mereformasi lembaga pengawas keuangan ini agar dapat melayani masyarakat dengan lebih baik.
Sementara itu, Benny mengajak masyarakat untuk lebih kritis terhadap platform pinjaman online yang beroperasi. Dia menekankan pentingnya melakukan penelitian sebelum menyetor dana ke dalam aplikasi pinjaman, mengingat banyaknya risiko yang mungkin muncul. “Jangan mudah percaya hanya karena ada logo OJK,” imbaunya.
Pernyataan Benny Batara menambah deretan kritik yang ditujukan kepada OJK, yang kini harus mempertanggungjawabkan banyak hal terkait fungsionalitas dan efektivitasnya dalam mengawasi industri keuangan digital. Reformasi sepertinya menjadi langkah yang tidak dapat dihindari demi keamanan dan kesejahteraan masyarakat dalam investasi maupun penggunaan layanan pinjol.
Kondisi ini menunjukkan perlunya kolaborasi antara pemerintah, regulator, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem keuangan yang lebih sehat dan aman. Dalam waktu dekat, diharapkan OJK dapat mengambil langkah konkret untuk memperbaiki pengawasannya demi kepentingan publik.
Src: https://ekbis.sindonews.com/read/1625903/178/gagal-dalam-pengawasan-pinjol-bennix-ojk-harus-dirombak-total-1759021780?showpage=all
