Airlangga Blak-blakan: Kenapa Negosiasi Tarif Trump Mandek di Tengah Perang Dagang

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan secara terbuka penyebab terhentinya negosiasi tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Menurut Airlangga, situasi ini disebabkan oleh adanya shutdown pemerintah AS yang terjadi beberapa waktu lalu. Ketika memberikan penjelasan di Jakarta, ia menekankan bahwa proses negosiasi yang dilakukan melalui platform virtual, seperti Zoom, juga terpengaruh oleh situasi tersebut.

"Tim negosiasi berunding melalui Zoom. Tetapi dengan adanya shutdown di Amerika, kita juga kena shutdown. Artinya, negosiasinya sementara terhenti," jelasnya pada konferensi pers yang berlangsung di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Shutdown pemerintah AS berdampak signifikan tidak hanya bagi lembaga pemerintahan domestik, tetapi juga pada negosiasi bilateral dengan negara-negara mitra. Airlangga menambahkan bahwa meskipun perundingan terhenti, pihaknya tetap berkomitmen untuk melanjutkan diskusi dengan United States Trade Representative (USTR) setelah situasi membaik.

Sayangnya, ia mengakui bahwa waktu pasti untuk melanjutkan negosiasi masih belum dapat ditentukan. "Saya akan berbicara malam ini dengan USTR soal bagaimana langkah selanjutnya. Jadi mengenai jadwal belum bisa dipastikan, karena pemerintah AS sekarang sedang shutdown. Kita akan terus monitor perkembangannya," ujar Airlangga, yang memberikan sinyal bahwa situasi ini perlu diantisipasi secara baik.

Dalam konteks negosiasi tarif, pengurangan 19 persen pada sejumlah produk Indonesia seperti sawit telah menjadi bagian dari pembicaraan sebelumnya. Airlangga menegaskan bahwa kesepakatan tersebut nantinya akan berisi rincian yang lebih mendalam terkait pengurangan tarif. "Kita sudah ada ekskalasi tarif, tapi sekarang kan problemnya legal scrubbing," katanya. Rincian dari persetujuan yang diharapkan akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang bagaimana produk asal Indonesia dapat dipasarkan secara lebih kompetitif di pasar AS.

Dampak Shutdown Pemerintah AS

Shutdown yang berkepanjangan di AS tidak hanya berdampak pada negosiasi dagang, tetapi juga menciptakan ketidakpastian di berbagai sektor. Pekerja pemerintah dan berbagai sektor lain terancam dengan kemungkinan pengurangan karyawan dan dampak negatif pada perekonomian secara keseluruhan. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa sekitar 750.000 pegawai negeri sipil berisiko terkena pemutusan hubungan kerja jika situasi tidak kunjung membaik.

Airlangga menginginkan agar semua pihak tetap tenang dan bersiap untuk proses negosiasi tatap muka yang akan dilakukan setelah situasi di AS stabil. "Kami optimis dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua negara," ujarnya.

Pandangan Ekonomi dan Harapan Ke Depan

Negosiasi tarif menjadi sangat penting dalam konteks memperkuat hubungan dagang antara Indonesia dan AS. Airlangga berkomitmen untuk terus melibatkan pihak terkait, demi menjaga hubungan bilateral yang strategis. Meski terhentinya negosiasi menjadi tantangan, fokus utama akan tetap pada upaya untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasaran global.

Dalam jangka menengah, para pengamat ekonomi menyarankan agar Indonesia mencari alternatif pasar dan memperkuat hubungan dengan negara-negara sahabat lainnya, demi meminimalkan dampak dari ketidakpastian yang ada. Sementara itu, pemerintah diharapkan tetap proaktif dalam mencari jalan keluar, baik dalam mengatasi masalah internal maupun eksternal yang berkaitan dengan perdagangan.

Dengan upaya yang transparan dan terbuka, para pelaku ekonomi dan masyarakat luas diharapkan dapat menerima informasi terbaru dan terarah seputar perkembangan negosiasi ini. Kejelasan dalam proses negosiasi dagang sangat dipandang penting dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dan berkelanjutan.

Source: www.viva.co.id

Exit mobile version