Kekayaan Taipan Naik Rp7.000 Triliun Berkat AI: Siapa Saja Mereka?

Tahun 2025 menjadi momentum signifikan bagi para miliarder yang terlibat dalam industri kecerdasan buatan (AI). Menurut laporan terbaru dari Forbes, kekayaan para miliarder di sektor ini meningkat luar biasa, mencapai total tambahan sebesar Rp7.000 triliun. Lonjakan ini bersifat berkelanjutan dan didorong oleh sejumlah kesepakatan infrastruktur AI yang megah, di mana perusahaan-perusahaan seperti OpenAI, Oracle, Nvidia, dan AMD mengambil peran kunci.

Banyak kesepakatan monumental terjadi dalam waktu singkat. Misalnya, Nvidia melakukan investasi senilai 100 miliar dolar AS di OpenAI, memungkinkan perusahaan tersebut untuk memperoleh GPU dari Nvidia untuk memperluas kapasitas pusat datanya. Hal ini menunjukkan bahwa para pemimpin di sektor teknologi sangat serius dalam beradaptasi dengan dan berinovasi di era AI.

Berkat beberapa kesepakatan tersebut, total kekayaan 20 miliarder utama yang terlibat dalam pertumbuhan infrastruktur AI mengalami lonjakan sebesar 450 miliar dolar AS, atau sekitar Rp7.472 triliun, sejak awal tahun ini. Di posisi teratas dalam daftar ini adalah Larry Ellison. Pendiri Oracle ini mencatat kenaikan kekayaan mencapai 140 miliar dolar AS, setara Rp2.324 triliun, berkat lonjakan saham perusahaannya yang mencapai 73 persen.

Jensen Huang, CEO Nvidia, juga mencatatkan prestasi mengesankan dengan penambahan kekayaan sebesar 47 miliar dolar AS, atau Rp780 triliun. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan 40 persen pada nilai saham Nvidia. Michael Dell, pendiri Dell Technologies, mengikuti jejak Huang dengan pertumbuhan kekayaan sebesar 35 miliar dolar AS, atau Rp581 triliun, didorong oleh kenaikan saham Dell dan Broadcom yang signifikan.

Kenaikan kekayaan ini tidak hanya terjadi pada pendiri perusahaan besar, tetapi juga pada para investor dan eksekutif di perusahaan yang lebih kecil namun inovatif. CoreWeave, perusahaan komputasi awan, memberikan contoh menarik. Saham CoreWeave melesat naik 250 persen sejak melantai di bursa pada Maret 2025 lalu. Ini berimplikasi signifikan bagi empat pendirinya—Michael Intrator, Brian Venturo, Brannin McBee, dan Peter Salanki—serta investor awal Jack Cogen.

Dalam konteks yang lebih luas, Masayoshi Son, CEO SoftBank, dan Arkady Volozh, pendiri Yandex, juga menikmati keuntungan besar dari tren AI ini. Kekayaan Son dan Volozh meningkat masing-masing sebesar 142 persen dan 166 persen pada tahun ini. SoftBank sendiri juga mengumumkan pendanaan tambahan sebesar 40 miliar dolar AS untuk OpenAI, meski sebagian besar dari angka ini tergantung pada transisi OpenAI menjadi perusahaan nirlaba.

Kenaikan yang luar biasa ini membawa harapan, bahkan keyakinan, bahwa perusahaan-perusahaan yang terlibat tidak akan terpengaruh oleh risiko pasar yang signifikan. Banyak dari perusahaan besar seperti Oracle, Microsoft, dan Google, yang sedang berinvestasi maju ke dalam infrastruktur AI, memiliki portofolio bisnis lain yang menguntungkan yang dapat membantu mereka bertahan dari fluktuasi ekonomi.

Meski demikian, keberlanjutan kenaikan ini akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengubah inovasi AI menjadi model bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan. Dengan adanya investasi masif dalam infrastruktur dan teknologi AI, dunia teknologi berpotensi memasuki era baru yang dipenuhi inovasi.

Dalam perspektif yang lebih besar, momen ini memperlihatkan evolusi lanskap bisnis yang sangat cepat dan bagaimana teknologi dapat menjadi pendorong utama untuk pertumbuhan kekayaan dan inovasi. Seiring perkembangan ini berlangsung, banyak orang akan terus memantau bagaimana para miliarder ini mengelola dan mengembangkan kekayaan yang baru diperoleh mereka, serta dampak lebih luas terhadap industri dan masyarakat secara keseluruhan.

Source: www.inews.id

Exit mobile version