Harga emas di Indonesia baru-baru ini mencetak rekor tertinggi, memberikan dampak signifikan bagi kinerja saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Dalam beberapa hari terakhir, lonjakan harga emas didorong oleh sejumlah faktor global yang positif, menarik perhatian investor yang memperkirakan potensi keuntungan dari saham perusahaan tersebut. RHB Sekuritas mencatat prediksi positif ini dalam laporan terbaru mereka.
Sesuai dengan analisis RHB, laba bersih ANTM diproyeksikan akan mencapai Rp7,23 triliun pada tahun 2025, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan diramalkan tumbuh menjadi Rp102,5 triliun, yang menunjukkan pertumbuhan yang kuat di tengah dinamika pasar yang terus berkembang. “Kami menaikkan proyeksi laba ANTM tahun 2025–2026 masing-masing sebesar 11 persen dan 14 persen,” ungkap RHB dalam laporan berjudul “ANTM: Polished Fundamentals, Golden Momentum.”
Komponen emas dari bisnis ANTM diperkirakan akan terus menjadi penyumbang utama terhadap laba perusahaan. Namun, penting untuk dicatat bahwa meski harga emas meningkat, tidak serta merta meningkatkan margin laba, karena hampir 90 persen dari total beban pokok penjualan berasal dari bahan baku untuk pemurnian. Ini mengindikasikan tantangan yang tetap ada dalam menjaga profitabilitas di tengah meningkatnya biaya operasional.
Permintaan domestik untuk emas juga diyakini tetap kuat, memberikan dukungan tambahan bagi Antam. RHB mencatat bahwa peningkatan volume penjualan emas sekitar satu persen dapat berkontribusi pada peningkatan laba konsolidasi sebesar 0,6 hingga 0,8 persen, dengan asumsi bahwa margin pemrosesan tetap stabil.
Kemitraan strategis antara ANTM dan PT Freeport Indonesia juga berpotensi mendatangkan keuntungan. Dalam perjanjian yang dibuat pada November 2024, ANTM akan membeli 30 ton emas murni per tahun dari Freeport. Pengiriman awal berupa 125 kilogram telah dilakukan pada Februari 2025. Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat pasokan emas domestik serta membantu pengembangan fasilitas pemurnian di Gresik.
Meskipun terdapat gangguan operasional yang baru-baru ini terjadi di Freeport, para analis memperkirakan bahwa dampak terhadap proyeksi pendapatan ANTM tidak akan signifikan selama kontrak tetap berjalan sesuai kesepakatan. “Dampaknya harusnya terbatas terhadap pendapatan,” ujar salah satu analis. Ini menunjukkan keyakinan para pakar bahwa strategi dan perjanjian jangka panjang dapat memberikan perlindungan terhadap fluktuasi di sektor sumber daya.
Selain dari sektor emas, unit nikel ANTM juga diharapkan mengalami peningkatan produksi setelah memperoleh persetujuan atas Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025. Analis mengantisipasi bahwa harga bijih nikel akan tetap berada pada level premium dikarenakan pasokan terbatas. Smelter domestik yang berjalan dengan kapasitas tinggi juga mendukung optimisme tersebut.
RHB Sekuritas juga menyoroti keterlibatan ANTM dalam proyek pengembangan baterai kendaraan listrik bersama Indonesia Battery Corporation (IBC) dan LG Energy Solution. Proyek senilai 15 miliar dolar AS ini merupakan bagian dari upaya diversifikasi bisnis nikel yang bertujuan mendukung rantai pasok kendaraan listrik di Indonesia. Dengan beragam inisiatif ini, ANTM tampak dapat memperkuat posisinya di pasar yang semakin kompetitif.
Dalam tinjauan keseluruhan, RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy untuk saham ANTM dengan target harga baru sebesar Rp3.800 per saham. Berdasarkan valuasi, saham ANTM diperkirakan akan diperdagangkan pada rasio EV/EBITDA sekitar tujuh kali untuk tahun 2025, masih di bawah target sembilan kali. Dengan proyeksi pertumbuhan laba yang menjanjikan serta kondisi keuangan yang solid, RHB memperkirakan dividen yield ANTM bisa mencapai sekitar delapan persen pada tahun 2026 mendatang.
Dalam konteks ini, perkembangan harga emas dan langkah strategis ANTM menunjukkan sinergi yang bisa memberikan keuntungan bagi para investor dan menunjuk pada arah positif untuk pertumbuhan perusahaan ke depannya.
Source: www.inews.id