IMF Peringatkan Ancaman Utang Global: Dampak Ekonomi yang Mengkhawatirkan

Dana Moneter Internasional (IMF) telah mengeluarkan peringatan serius mengenai tren mengkhawatirkan utang global yang diprediksi akan melampaui Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dalam lima tahun ke depan. Kepala IMF, Kristalina Georgieva, menyampaikan analisis tersebut dalam sebuah pidato yang disiarkan melalui saluran resmi YouTube IMF. Menurutnya, angka utang publik yang terus meningkat ini merupakan sinyal pencapaian yang mengejutkan bagi pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Georgieva menjelaskan bahwa lonjakan utang ini diakibatkan oleh beberapa faktor, termasuk defisit fiskal yang merugikan, warisan dari pandemi, dan biaya bunga yang semakin tinggi. Ia menegaskan, "Utang publik secara global diproyeksikan melebihi 100% dari PDB dunia pada tahun 2029." Ini menunjukkan bahwa tidak hanya negara-negara maju, tetapi juga negara berkembang menghadapi tantangan serupa dalam mengendalikan utang mereka.

Rincian yang lebih mencolok muncul dari kasus utang federal Amerika Serikat, yang terus meningkat dan telah mencapai angka rekor sebesar USD 37 triliun atau sekitar 125% dari PDB. Konsekuensi dari utang ini kini mulai terasa dengan pembayaran bunga yang menjadi salah satu pengeluaran terbesar pemerintah, melampaui belanja sektor pertahanan. Kritik terhadap kebijakan pengeluaran ini semakin tajam, dengan banyak yang menyebutnya sebagai langkah yang berisiko memicu krisis fiskal di masa depan.

Sementara itu, Georgieva mengingatkan bahwa kenaikan utang dapat meningkatkan biaya, mendorong naiknya suku bunga, dan membatasi pengeluaran pemerintah. Ini pada akhirnya dapat melemahkan kemampuan negara untuk menghadapi guncangan ekonomi yang tak terduga. Selain itu, IMF memperingatkan bahwa pengeluaran yang tidak terkendali dapat mengganggu pasar negara berkembang, yang mungkin paling rentan terhadap perubahan kebijakan fiskal di negara maju.

Dalam konteks ekonomi global yang lebih luas, Georgieva mengungkapkan kekhawatiran bahwa situasi ekonomi saat ini berjalan “lebih buruk daripada yang kita butuhkan”. Ia mencatat adanya perubahan struktural yang mendalam, baik dalam bidang geopolitik, teknologi, dan demografi, yang membawa ketidakpastian ekonomi sebagai hal yang baru biasa. Sinyal-sinyal ancaman, seperti lonjakan harga emas yang mencapai rekor USD 4.000 per ons, serta kenaikan valuasi saham yang mengingatkan pada gelembung dotcom, semakin menambah kekhawatiran tersebut.

Georgieva juga mengambil kesempatan untuk menambahkan bahwa dampak tarif yang dikenakan di era pemerintahan Donald Trump masih belum sepenuhnya dapat diprediksi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam kebijakan perdagangan dapat memiliki akibat jangka panjang yang belum sepenuhnya terwujud.

Proyeksi Ekonomi Global

Dalam Outlook bulan Juli 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 akan mencapai sebesar 3,0% dan sedikit meningkat menjadi 3,1% pada 2026. Namun, organisasi ini memperingatkan bahwa tanpa langkah-langkah untuk membatasi defisit dan membangun kembali cadangan fiskal, tekanan dari fragmentasi perdagangan dan harga aset yang tinggi bisa menggagalkan upaya pemulihan. Georgieva menjanjikan informasi lebih lanjut akan dibagikan dalam laporan mendatang.

Keseluruhan analisis ini menunjukkan bahwa utang global bukan hanya persoalan angka, tetapi merupakan isu yang mendalam dan kompleks yang dapat memengaruhi kestabilan ekonomi dunia. Para pemangku kepentingan diharapkan lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan fiskal agar tidak terjebak dalam siklus utang yang dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang merugikan bagi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas finansial.

Source: ekbis.sindonews.com

Exit mobile version