Pasar kripto kembali menunjukkan volatilitas yang signifikan setelah harga Bitcoin (BTC) terjun di bawah level psikologis USD108.000 pada Jumat siang, 17 Oktober 2025. Penurunan ini mencapai lebih dari 2% dalam waktu 24 jam terakhir, memperpanjang tren pelemahan yang telah berlangsung meski beberapa aset tradisional seperti emas dan perak justru mencetak rekor harga tertinggi baru.
Analis dari Reku, Fahmi Almuttaqin, mengungkapkan bahwa penurunan ini dipicu oleh dua faktor utama: pengetatan likuiditas di sistem keuangan Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik yang meningkat antara Washington dan Beijing. "Hari ini Bitcoin sempat menyentuh level USD107.900," ucap Fahmi. "Ethereum (ETH), XRP, dan Solana (SOL) juga tercatat menurun, dengan Solana memimpin penurunan lebih dari 4% dalam sehari." Sementara itu, harga emas dan perak mengalami kenaikan lebih dari 3%, menunjukkan minat investor yang beralih ke aset lindung nilai.
Likuiditas Menyusut di Tengah Pemangkasan Suku Bunga
Meskipun Federal Reserve telah memangkas suku bunga pada bulan September, data terbaru menunjukkan bahwa kondisi pasar uang semakin ketat. Menurut Fahmi, selisih antara Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan Effective Federal Funds Rate (EFFR) mengalami pelebaran, mencapai 0,19 poin, yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2024. "Kenaikan spread ini menunjukkan meningkatnya biaya pendanaan antarbank," tambahnya.
Keadaan ini diperparah dengan melonjaknya penggunaan Standing Repo Facility (SRF) oleh bank-bank komersial. Pada 15 Oktober 2025, pengambilan dana dari SRF mencapai USD6,75 miliar—angka tertinggi sejak masa pandemi. "Ini merupakan indikasi nyata dari meningkatnya tekanan di pasar pendanaan jangka pendek," jelas Fahmi.
Mengacu pada data dari Federal Reserve Economic Data (FRED), total aset bank sentral AS per 16 Oktober 2025 masih berada di level USD6,59 triliun, jauh di bawah puncak yang mencapai USD9 triliun saat pandemi. Sementara itu, saldo Treasury General Account (TGA) di The Fed tetap tinggi sekitar USD800 miliar, yang menunjukkan bahwa pemerintah AS masih aktif menarik dana dari pasar.
Korelasi Bitcoin dan Likuiditas Global
Secara historis, harga Bitcoin berkorelasi erat dengan likuiditas global. Ketika suku bunga turun tanpa adanya ekspansi neraca The Fed, investasi dalam aset berisiko seperti Bitcoin cenderung stagnan. Meskipun sentimen jangka panjang terhadap Bitcoin tetap positif, pergerakan harganya mengalami hambatan.
Namun, peluang untuk rebound masih ada. Fahmi menekankan, "Jika tekanan pendanaan semakin berat, The Fed mungkin akan melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut." Dalam skenario yang demikian, harga Bitcoin berpotensi kembali ke kisaran USD120.000–130.000 hingga akhir tahun, asalkan inflasi dan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga.
Optimisme di kalangan investor kripto juga tetap tinggi. Narasi baru seperti Digital Asset Treasuries (DATs) turut mendorong tren akumulasi dalam aset besar seperti BTC dan ETH. Keberadaan faktor-faktor ini menunjukkan bahwa meskipun Bitcoin saat ini berada dalam tren penurunan, harapan untuk pemulihan tetap ada.
Menjelang akhir tahun 2025, perhatian para investor akan tertuju pada perkembangan lebih lanjut di pasar kripto, termasuk potensi tindakan dari Federal Reserve yang bisa memengaruhi arah harga Bitcoin dan aset digital lainnya.
Source: www.medcom.id
