Penyebab Pertumbuhan Premi Asuransi Umum dan Reasuransi Melambat

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa pertumbuhan premi asuransi umum dan reasuransi di Indonesia mengalami pelambatan. Hingga Agustus 2025, premi mencapai Rp102,01 triliun, tumbuh hanya 2,42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini merupakan penurunan signifikan dibandingkan pertumbuhan 12,89% pada Agustus 2024 dan penurunan juga terjadi dibandingkan angka bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,67%.

Ada beberapa faktor yang mendasari pelambatan ini. Praktisi manajemen risiko, Wahyudin Rahman, yang juga Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi), menjelaskan bahwa faktor ekonomi domestik yang moderat, bersamaan dengan tekanan inflasi dan suku bunga yang tinggi, berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Sektor-sektor penting seperti otomotif, properti, dan pembiayaan yang biasanya menjadi kontributor besar premi, saat ini menunjukkan aktivitas yang lebih lesu.

Selain itu, Wahyudin menyebut bahwa banyak perusahaan asuransi yang melakukan efisiensi dan penyesuaian harga premi atau rate adjustment. Langkah ini diambil perusahaan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas, terutama setelah adanya lonjakan klaim di beberapa lini seperti kesehatan dan kendaraan bermotor. “Faktor daya beli masyarakat turut berpengaruh, tetapi faktor teknis industri dan strategi underwriting juga sangat menentukan,” ungkapnya.

Tantangan lain yang dihadapi industri asuransi adalah menjaga profitabilitas di tengah kenaikan beban klaim dan biaya lainnya. Wahyudin juga menyoroti masalah di nivel global, di mana reasuransi menghadapi keterbatasan kapasitas dan penyesuaian harga atau hardening market. Hal ini menuntut perusahaan domestik untuk lebih berhati-hati dalam pengelolaan risiko.

Dalam konteks ini, digitalisasi yang belum merata di seluruh sektor juga menjadi tantangan tersendiri. Meski pelaku industri telah menyadari pentingnya transformasi digital, tingkat literasi asuransi yang masih rendah dan persaingan tarif yang ketat menambah kompleksitas situasi. Penguatan inovasi produk dan penetrasi pasar, khususnya di segmen ritel dan UMKM, dianggap sebagai langkah strategis yang bisa diambil oleh perusahaan asuransi.

Wahyudin menyarankan agar perusahaan berkolaborasi dengan sektor keuangan digital, memperkuat saluran distribusi, dan menerapkan data-driven underwriting untuk meningkatkan efisiensi serta akurasi dalam penanganan risiko. Di sisi lain, meningkatkan layanan klaim dan transparansi merupakan langkah krusial dalam menjaga kepercayaan nasabah, yang merupakan fondasi pertumbuhan jangka panjang industri asuransi.

Proyeksi pertumbuhan premi asuransi umum dan reasuransi hingga akhir tahun 2025 diperkirakan berada antara 4% hingga 5%, sedikit di bawah proyeksi awal yang mengharapkan angka 6% hingga 7%. Pelambatan ini mencerminkan kondisi yang lebih luas dari perekonomian domestik yang sedang berjuang di tengah berbagai tantangan.

Dengan berbagai faktor tersebut, industri asuransi di Indonesia perlu beradaptasi dan berinovasi agar tetap relevan dan kompetitif, terutama di tengah dinamika pasar yang kian kompleks. Penekanan pada pengelolaan risiko yang baik dan pemanfaatan teknologi mutakhir dapat menjadi kunci untuk menjawab tantangan yang ada dan memacu pertumbuhan yang lebih sehat di masa depan.

Source: finansial.bisnis.com

Exit mobile version