Optimisme Saham Perbankan Meningkat Jelang Pengumuman RDG BI

Para pelaku pasar keuangan di Indonesia saat ini menunjukkan tingkat optimisme yang tinggi menjelang pengumuman hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Kamis, 23 Oktober 2025. Prediksi umum di kalangan analis adalah BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen. Langkah tersebut diharapkan akan mendukung stabilitas ekonomi dan memberikan motivasi lebih bagi investor untuk berinvestasi di pasar saham, khususnya saham-saham perbankan.

Di pasar saham, terutama dalam sektor perbankan, terlihat adanya penguatan yang signifikan. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melesat hingga 7,62%, sementara saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,17%. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga menunjukkan tren positif dengan kenaikan masing-masing 1,40% dan 0,74%. Keempat saham tersebut terlibat aktif dalam penggerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama hari perdagangan ini.

Analis Equity & Fixed Income KGI Sekuritas, Rovandi, mengemukakan bahwa momentum positif ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga pekan depan, meskipun ia memperingatkan adanya potensi koreksi setelah serangkaian reli yang cukup panjang. “Saya rasa mungkin dalam satu pekan ini saham perbankan masih naik, tetapi tidak sebesar sebelumnya karena kenaikannya sudah cukup tinggi,” jelasnya saat diwawancarai oleh Beritasatu.com.

Dari data yang ada, BBCA mengalami kenaikan signifikan sebesar 16,55% dalam sepekan terakhir, sedangkan BMRI mencatatkan kenaikan 6,60%. Namun, Rovandi juga mengingatkan bahwa setelah pengumuman hasil RDG BI, mungkin akan muncul aksi jual (profit taking) oleh para investor yang ingin merealisasikan keuntungan dari kenaikan saham yang telah terjadi. “Baik hasil RDG BI yang bagus maupun tidak, tetap ada potensi aksi profit taking,” tutur Rovandi.

Dia menekankan pentingnya aspek fundamental dalam memilih saham. Saat ini, banyak investor cenderung beralih ke saham-saham dengan kinerja keuangan yang solid, terutama emiten yang mulai merilis laporan keuangan kuartalan. “Investors are becoming more concerned about good financial reports,” tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih saham-saham untuk diinvestasikan.

Di sisi lain, Rovandi juga mengamati tren di sektor konglomerasi, yang cenderung menunjukkan potensi pelemahan dalam waktu dekat. “Saham grup besar, seperti saham grup PP, menunjukkan tanda-tanda jenuh beli dan ada kemungkinan untuk terjadinya take profit,” ungkapnya. Kenaikan yang telah terjadi dalam saham konglomerasi membuat pelaku pasar meragukan keberlanjutan pertumbuhan mereka.

Dalam konteks makroekonomi, investor terlihat semakin cermat dalam memantau kinerja sektor keuangan dan potensi dampak dari keputusan BI yang akan datang. Mengingat suku bunga yang stabil bisa menjadi penentu untuk daya tarik investasi domestik, banyak yang berharap keputusan BI tidak hanya menguntungkan sektor perbankan tetapi juga menunjukkan arah yang jelas dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

Berdasarkan analisis pasar, meskipun ada potensi aksi jual di saham perbankan pasca pengumuman RDG BI, outlook jangka panjang untuk sektor ini masih optimis. Pelaku pasar diyakini akan terus mencari peluang, dan fokus pada emiten yang menunjukkan fundamental kuat, meningkatkan daya tarik untuk berinvestasi lebih lanjut di sektor perbankan.

Sebagai penutup, semua mata kini tertuju pada pengumuman RDG BI yang akan datang, dan bagaimana keputusan tersebut akan mempengaruhi arah pasar serta keputusan investasi selanjutnya. Optimisme di sektor perbankan diharapkan akan tetap terjaga, mengingat kondisi ekonomi yang masih positif dan minat investasi yang terus berkembang.

Source: www.beritasatu.com

Exit mobile version