Luiz Inácio Lula da Silva: Mantan Buruh Pabrik yang Jadi Inspirasi Brasil

Luiz Inácio Lula da Silva, presiden Brasil yang baru-baru ini menyita perhatian publik Indonesia, memiliki perjalanan hidup yang inspiratif. Dikenal sebagai mantan buruh pabrik sebelum terjun ke dunia politik, Lula lahir pada 27 Oktober 1945 di Garanhuns, Pernambuco. Dari latar belakang keluarga miskin di wilayah timur laut Brasil, hidupnya menjadi cerminan perjuangan rakyat yang tidak kenal kata menyerah.

Setelah mengawali karir sebagai buruh di pabrik di São Paulo, Lula aktif dalam gerakan buruh dan berperan penting dalam serikat pekerja saat rezim militer Brasil. Pada 1980, ia mendirikan Partai Pekerja (Partido dos Trabalhadores/PT), yang kini menjadi salah satu kekuatan politik utama di Brasil. Lula terpilih sebagai presiden pada tahun 2002 dan menjabat selama dua periode hingga 2010. Masa pemerintahannya dikenal dengan program-program sosial yang berhasil mengangkat jutaan warga Brasil dari kemiskinan ke kelas menengah.

Setelah menyelesaikan masa jabatannya, Lula mengalami masa sulit ketika tersandung kasus korupsi dan dijatuhi hukuman penjara pada 2018. Namun, pada 2021, Mahkamah Agung Brasil membatalkan vonis tersebut karena dianggap tidak sah. Kebangkitannya dari keterpurukan tidak hanya menjadi titik balik dalam karirnya, tetapi juga kisah inspiratif yang menggugah banyak orang. Pada 2022, Lula kembali memenangkan pemilihan presiden, mengalahkan petahana Jair Bolsonaro, dan resmi dilantik untuk ketiga kalinya pada 2023.

Dalam periode kepemimpinannya yang baru ini, Lula menunjukkan perhatian besar terhadap isu-isu global, termasuk perubahan iklim dan kesetaraan sosial. Ia menegaskan pentingnya peran negara-negara di Global South dalam membentuk tatanan dunia multipolar yang lebih adil dan berkelanjutan.

Kedekatan dengan Indonesia

Hubungan Brasil dan Indonesia mendapatkan momentum baru di bawah kepemimpinan Lula. Kunjungan kenegaraan Lula ke Indonesia pada 23 Oktober 2025 menandai kerjasama yang semakin erat antara dua negara demokrasi besar yang terletak di belahan bumi selatan. Dalam kunjungan ini, Lula bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto dan menandatangani delapan nota kesepahaman (MoU) di berbagai bidang, termasuk energi terbarukan, pertambangan, ekonomi digital, dan pendidikan.

Lula menyoroti pentingnya kemitraan strategis yang telah terjalin sejak 2008 antara Brasil dan Indonesia. Dalam pernyataannya, ia menghargai kontribusi Indonesia dalam gerakan negara-negara berkembang, khususnya melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 di Bandung. "Tujuh puluh tahun yang lalu, pada Konferensi Bandung, Indonesia telah mengibarkan panji perjuangan untuk tatanan internasional yang lebih adil,” ujarnya.

Pernyataan tersebut menegaskan posisi Indonesia sebagai mitra utama dalam mempromosikan solidaritas global dan pembangunan yang berkelanjutan. Lula menekankan bahwa dunia memiliki "utang sejarah" terhadap Indonesia atas peran pentingnya dalam memperjuangkan keadilan dalam tatanan internasional.

Kunjungan Lula ke Jakarta bukan sekadar langkah diplomasi, tetapi juga simbol kedekatan dua negara yang memiliki banyak kesamaan dalam misi sosial dan ekonomi. Di bawah kepemimpinan Lula, Brasil memandang kerja sama dengan Indonesia sebagai fondasi untuk mendorong kerja sama Selatan–Selatan yang berbasis pada kesetaraan dan solidaritas.

Dengan latar belakangnya yang kuat sebagai mantan buruh pabrik dan seorang pemimpin yang berjuang untuk keadilan sosial, Lula da Silva membuktikan bahwa perjalanan dari keterpurukan menuju kepemimpinan adalah hal yang mungkin. Sosoknya menjadi inspirasi bagi banyak orang di Brasil dan dunia, termasuk Indonesia, di tengah tantangan yang terus ada di era modern ini.

Source: www.medcom.id

Exit mobile version