Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan dimethyl ether (DME) sebagai pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga. Proyek ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG yang saat ini mencapai 6,5 hingga 7 juta ton per tahun. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa DME merupakan salah satu dari 18 proyek hilirisasi yang sedang difinalisasi oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Penggunaan DME diharapkan dapat mengurangi impor LPG, di mana saat ini konsumsi LPG nasional mencapai 8,5 juta ton dengan kapasitas produksi dalam negeri hanya 1,3 juta ton. Upaya ini adalah bagian dari strategi hilirisasi batu bara yang bertujuan untuk mengubah sumber daya lokal menjadi produk yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan.
Apa itu DME?
DME adalah senyawa eter sederhana dengan rumus kimia CH3OCH3. Memiliki karakteristik kimia dan fisika yang mirip dengan LPG, DME dapat menggunakan infrastruktur yang ada saat ini, termasuk tabung dan sistem distribusi LPG. DME memiliki nilai kalor (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, sedangkan LPG mencapai 12.076 Kcal/Kg. Meskipun DME memiliki kandungan kalori lebih rendah, massa jenisnya yang lebih tinggi menjadikan DME setara kalorinya jika diperbandingkan dengan LPG.
Dari segi lingkungan, DME memiliki potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sebuah analisis menunjukkan bahwa emisi tahunan CO2 dari LPG yang mencapai 930 kg dapat berkurang menjadi 745 kg CO2 dengan penggunaan DME. Ini sejalan dengan upaya global untuk menurunkan emisi yang merusak lingkungan.
Kualitas nyala api yang dihasilkan oleh DME juga lebih unggul, dengan api yang stabil dan warna biru serta tidak menghasilkan partikel materian (PM) dan NOx. DME juga tidak mengandung sulfur, menjadikannya alternatif yang lebih bersih dibandingkan dengan LPG.
Uji Terap DME di Masyarakat
Kementerian ESDM melalui Balitbang ESDM telah melakukan uji coba penggunaan DME pada tahun 2019 dan 2020 di Kota Palembang dan Muara Enim. Uji coba tersebut melibatkan 155 kepala keluarga, dan hasilnya menunjukkan bahwa DME dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Hasil tersebut mencakup kemudahan dalam menyalakan kompor, stabilitas nyala api, serta waktu memasak yang lebih lama dibandingkan LPG.
Di Jakarta, uji coba tambahan dilakukan di Kecamatan Marunda dengan 100 kepala keluarga pada tahun 2017. Pemakaian DME pada variasi 20%, 50%, dan 100% selama uji coba juga menunjukkan hasil positif, di mana nyala api terbukti lebih stabil dan juga lebih efisien meskipun waktu memasak sedikit lebih lama, sekitar 1,1 hingga 1,2 kali dibandingkan dengan LPG.
Kesiapan Infrastruktur dan Kebijakan
Salah satu keuntungan dari penggantian LPG dengan DME adalah kesiapan infrastruktur yang ada. Sebagian besar peralatan dan sistem distribusi yang sudah ada untuk LPG dapat digunakan langsung untuk DME, yang mengurangi kebutuhan untuk investasi baru. Namun, untuk menjamin keamanan dan efisiensi, pengembangan kompor khusus untuk DME diperlukan.
Proyek DME juga diharapkan dapat berkontribusi pada ketahanan energi nasional dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang lebih melimpah. Dengan perkembangan teknologi dan dorongan pemerintah, DME berpotensi menjadi solusi jangka panjang yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga di Indonesia.
DME sebagai pengganti LPG membawa harapan baru untuk meningkatkan efisiensi energi dan menjaga kelestarian lingkungan. Dengan penekanan pada pengurangan emisi gas rumah kaca, penggunaan DME sejalan dengan komitmen global dalam memerangi perubahan iklim, dan menjadi langkah signifikan menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Source: finance.detik.com
