BFIN Raih Laba Bersih Rp1,167 Triliun, Capaian Positif di Sektor Keuangan

PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mencatatkan hasil keuangan yang menggembirakan untuk sembilan bulan pertama tahun 2025, dengan laba bersih yang mencapai Rp1,167 triliun. Angka tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dari Rp1,115 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kinerja ini dapat dilihat dari laporan keuangan konsolidasian hingga 30 September 2025 yang menunjukkan bahwa pendapatan BFIN juga mengalami kenaikan, mencapai Rp5,02 triliun, meningkat 6,6 persen dibandingkan Rp4,71 triliun pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan pendapatan ini disokong oleh peningkatan yang baik dalam pembiayaan konsumen dan syariah, serta kontribusi dari pendapatan lain-lain. Sutadi, Presiden Direktur BFI Finance, menyatakan bahwa hasil positif ini mencerminkan kekuatan strategi bisnis perusahaan yang berbasis pada kualitas pembiayaan dan tata kelola perusahaan yang baik. Dia menambahkan bahwa inovasi layanan dan efisiensi proses terus dilakukan untuk menjaga kepercayaan konsumen dan mitra bisnis.

Seiring dengan kondisi perekonomian yang menchallange dan melemahnya daya beli konsumen, BFIN tetap berhasil menunjukkan konsistensi dalam pertumbuhan. Hal ini terlihat dari total aset perusahaan yang mencapai Rp25,4 triliun, meningkat 5,5% secara tahunan. Selain itu, piutang pembiayaan yang dikelola juga menunjukkan kenaikan hingga Rp26,0 triliun, tumbuh sekitar 13,0% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Selama periode Januari hingga September 2025, realisasi pembiayaan baru juga menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan angka mencapai Rp16,4 triliun, mengalami kenaikan sebesar 15,2% year-on-year. Pencapaian ini tidak terlepas dari strategi perusahaan yang berfokus pada pemulihan ekonomi nasional dan peningkatan permintaan di berbagai sektor produktif.

Komposisi Pembiayaan yang Beragam

Dari sisi portofolio pembiayaan, BFIN memiliki komposisi yang cukup diversifikasi. Segmen pembiayaan berjaminan mobil mendominasi dengan kontribusi sebesar 51,1%. Di samping itu, pembiayaan motor mencatatkan angka 7,6%, diikuti dengan pembiayaan pembelian unit mobil sebesar 17,3%. Komposisi lain termasuk alat berat dan mesin sebesar 14,9%, serta berjaminan properti 5,4%.

Perusahaan juga menunjukkan prudensi yang tinggi dalam mengelola risiko. Dengan rasio Non-Performing Financing (NPF) di level bruto 1,55% dan neto 0,26%, angka ini masih jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 2,51% per Agustus 2025. Selain itu, BFIN memiliki NPF coverage yang terhitung dua setengah kali dari nilai NPF bruto, menegaskan komitmen perusahaan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian.

Struktur Modal yang Sehat

Dari aspek permodalan, BFIN memiliki rasio gearing yang tetap sehat di posisi 1,2 kali, jauh di bawah batas maksimum regulasi yang ditetapkan. Hal ini, bersamaan dengan rasio Return on Asset (ROA) yang mencapai 7,7% dan Return on Equity (ROE) sebesar 14,7%, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kelangsungan bisnis yang baik dan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang optimal.

Dalam menghadapi tantangan persaingan yang ketat dan perubahan di pasar, BFIN tetap fokus pada strategi peningkatan kualitas layanan dan kemitraan strategis. Dalam era digital saat ini, mereka berkomitmen untuk terus menghadirkan layanan yang mudah diakses dan cepat, guna memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat.

Dengan pencapaian yang baik ini, BFI Finance optimis dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang positif hingga akhir tahun ini. Perusahaan berharap pemulihan perekonomian nasional akan berkontribusi pada peningkatan permintaan pembiayaan yang lebih luas, baik di sektor otomotif maupun di berbagai sektor lainnya. BFIN berada di jalur yang tepat untuk terus memperkuat posisinya di industri pembiayaan Indonesia.

Source: www.medcom.id

Exit mobile version