Minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi dalam emas terus mengalami lonjakan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam sebuah acara di Jakarta. Ia mencatat adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan emas di pasar yang semakin terlihat.
Peningkatan investasi emas ini berbanding lurus dengan inflasi nasional. Menurut data, inflasi pada Oktober 2025 mencapai 2,86% secara tahunan. Airlangga menyebut bahwa pembelian emas menjadi salah satu faktor utama yang mendorong inflasi tersebut. “Apabila melihat inflasi 2,86%, memang salah satu yang naik adalah terkait dengan pembelian emas,” ujar Airlangga.
Pasokan emas yang tersedia terlihat jauh lebih sedikit dibandingkan dengan permintaan yang kian meningkat. Hal ini mencerminkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berinvestasi. Emas dianggap sebagai instrumen investasi yang aman dan stabil, sehingga semakin banyak yang memilih untuk memasukkan dana mereka ke dalam logam mulia ini.
Namun, isu pasokan emas dalam negeri juga menjadi perhatian. Airlangga menyebut terganggunya produksi dari PT Freeport Indonesia telah memberikan dampak negatif terhadap pasokan emas. Insiden-insiden yang terjadi di perusahaan tersebut telah membuat produksi menurun. “Saya berharap operasional Freeport segera pulih agar produksi komoditas mineral, termasuk emas, dapat kembali meningkat,” imbuhnya.
Kenaikan harga emas juga menjadi salah satu indikator penting. Data menunjukkan bahwa harga emas telah mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah. Salah satu faktor pendorong utama adalah lonjakan permintaan emas di tingkat global. Menurut laporan World Gold Council, permintaan emas dunia melonjak 3% pada kuartal III 2025, dengan volume mencapai 1.313 metrik ton.
Di sisi lain, harga emas spot telah mengalami kenaikan yang signifikan. Sepanjang tahun ini, harga emas spot mengalami kenaikan hingga 50%, mencapai rekor tertinggi US$ 4.381 per troi ons pada 20 Oktober 2025. Lonjakan ini didorong oleh ketegangan geopolitik dan ketidakpastian pasar yang membuat banyak investor beralih ke aset safe haven seperti emas.
Dalam konteks investasi, perhatian terhadap emas menjadi semakin relevan, terutama di masa ketidakpastian ekonomi. Bagi banyak investor, terutama di Indonesia, emas bukan hanya sekadar investasi, tetapi juga pelindung nilai terhadap inflasi dan perubahan pasar.
Kenaikan harga emas ini pun menimbulkan efek “fear of missing out” (FOMO) di kalangan investor. Banyak yang merasa perlu untuk segera berinvestasi agar tidak ketinggalan kesempatan. Ini menjadi salah satu alasan mengapa minat masyarakat untuk berinvestasi dalam emas terus meningkat.
Meskipun terdapat tantangan dalam pasokan emas, ini juga mencerminkan peluang bagi investor yang ingin menjaga nilai kekayaan mereka. Dengan kesadaran yang meningkat dan permintaan yang kuat, akselerasi investasi emas kemungkinan akan terus berlanjut.
Dari data dan analisis yang ada, pasar emas di Indonesia menunjukkan dinamika yang menarik. Dengan meningkatnya minat dan tantangan dalam pasokan, kita bisa melihat perubahan signifikan di lanskap investasi emas dalam waktu dekat. Ini menjadikan investasi emas sebagai topik menarik yang patut diperhatikan bagi semua kalangan, dari investor pemula hingga profesional.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com